REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menargetkan setiap tahunnya minimal dua program studi (prodi) mendapatkan akreditasi internasional. Hal itu diharapkan dapat mendukung visi UMS menuju universitas berkelas dunia (World Class University/WCU) yang ditargetkan pada 2029.
Rektor UMS, Sofyan Anif, mengatakan, pekan lalu UMS baru saja mendapatkan pengumuman terkait tiga prodi berhasil meraih akreditasi internasional versi ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA). Ketiga prodi tersebut yakni, Teknik Arsitektur, Farmasi dan Keperawatan. Satu prodi lainnya yang diajukan, yakni Teknik Sipil, belum berhasil memperoleh akreditasi AUN-QA lantaran ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki. Ditargetkan, dalam dua sampai tiga bulan ke depan Prodi Teknik Sipil bakal mendapatkan akreditasi AUN-QA.
"Kami sudah membuat di dalam rencana strategis, targetnya setiap tahun itu minimal dua prodi terakreditasi internasional. Syukur-syukur bisa tiga," terang Sofyan Anif kepada wartawan seusai pelantikannya sebagai Rektor UMS periode 2021-2025 di Gedung Edutorium UMS, Kamis (8/4).
Menurutnya, jika dalam satu tahun ada dua sampai tiga prodi yang terakreditasi internasional, maka dalam empat tahun kepemimpinanya akan ada 12 prodi terakreditasi internasional. Jika ditambah prodi lain yang sudah siapkan untuk diajukan, maka bakal ada 18 prodi terakreditasi internasional.
"18 itu kira-kira sudah sekitar 25 persen dari total jumlah prodi itu kita sudah masuk unggulan. Tapi memang unggul yang bukan akreditasi internasional itu kami sudah memenuhi," ungkap Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UMS tersebut.
Dia juga menyebut pada Agustus mendatang UMS akan mengajukan konversi akreditasi dari A ke unggul. Dengan ditambah 25 persen prodi terakreditasi internasional, maka akan mendukung visi UMS menjadi WCU.
"Nah persyaratan menjadi World Class University itu 25 persen prodinya akreditasi internasional dari jumlah prodi yang ada, itu sudah masuk World Class University," ucapnya.
Di sisi lain, UMS juga terus melakukan penyesuaian prodi terhadap perkembangan zaman. Sejumlah prodi tertentu bisa saja dikonversi menjadi nomenklatur lain. Namun, basis (core) keilmuannya sama. Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu Fakultas Ekonomi berubah menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
"Yang kami kedepankan bisnisnya, tapi core keilmuannya sama yakni ekonomi. Kemudian Ekonomi Syariah, Hukum Syariah, itu kan sebetulnya pengembangan-pengembangan sebagaimana tuntutan zaman," kata Sofyan Anif.