REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur mengklaim, sinyal pemulihan ekonomi Jatim mulai tampak. Hal itu ditandai kinerja ekspor yang dirasanya terus bergerak positif di awal 2021.
Khofifah mengatakan, sepanjanh 2020 kinerja ekspor Jatim terkontraksi. Namun, perlahan tapi pasti kinerja ekspor Jatim diakuinya kembali membaik dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
"Tentunya ini berita menggembirakan yang patut kita syukuri,” kata Khofifah di Surabaya, Rabu (21/4).
Khofifah memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, kinerja ekspor Jatim pada Februari 2021 meningkat 11,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yakni dari 1,53 miliar dolar AS menjadi 1,70 miliar dolar AS. Begitu pun pada Maret 2021, di mana nilai ekspor Jatim kembali meningkat 17,94 persen dibanding bulan sebelumnya, atau mencapai 2 miliar dolar AS.
Adapun, komoditas unggulan ekspor Jatim yang meningkat di antaranya tembaga, sisa dan skrap dari logam mulia lainnya, kayu, paduan fero, feronikel, udang, serta udang besar tidak dalam kemasan kedap udara. Komoditas tembaga dimurnikan berupa katoda dan bagian dari katoda menjadi salah satu primadona ekspor Jati. Komoditas ini menyumbanh 6,54 persen dari total ekspor Jatim pada Maret 2021.
“Sebagian besar komoditas ini diekspor ke Malaysia. Sedangkan sisa dan skrap logam mulia lainnya menjadi komoditas yang sangat diminati oleh Jepang dengan nilai ekspor mencapai 88,84 dolar AS,” ujarnya.
Kebangkitaan ekonomi Jatim, lanjut Khofifah juga ditandai dengan terus bergeraknya aktivitas industri. Pada Maret 2021, ekspor Jatim didominasi oleh produk dari sektor industri dengan peranan sebesar 83,86 persen dari total ekspor. Disusul dengan pertanian yang sebesar 7,91 persen serta pertambangan dan lainnya sebesar 0,16 persen.
Khofifah mengatakan, pandemi Covid-19 memang telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan, kata dia, menjadi komoditas yang diprediksi akan mengalami peningkatan ekspor ke depannya. Terbukti, di 2020, industri kimia, farmasi, dan obat tradisonal tumbuh positif sebesar 21,71 persen, disusul industri makanan minuman yang tumbuh sebesar 3,82 persen.