REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah pada 2020 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya kasus kematian ibu pada 2020 lantaran selama pandemi Covid-19 masyarakat, termasuk ibu hamil, takut mengunjungi fasilitas kesehatan.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Siti Atikoh, menyebutkan, pada 2017 terjadi penurunan yang signifikan terhadap kasus kematian ibu. Jumlah kasus kematian ibu pada 2017 sebanyak 475 kasus, dibandingkan 2016 yang mencapai 602 kasus. Angka tersebut terus turun menjadi 421 kasus pada 2018 dan 416 kasus pada 2019.
"Yang perlu kita waspadai ketika pandemi ini angka kematian ibu melahirkan kembali meningkat. Ada 530 kasus kematian ibu melahirkan pada 2020," jelas istri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo tersebut dalam acara Talkshow Virtual Spesial Hari Kartini bertema Perempuan di Garda Terdepan Pembangunan, Kamis (22/4).
Oleh sebab itu, Siti Atikoh meminta kepada pemangku kepentingan di Jawa Tengah agar menggiatkan kembali Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau 5Ng untuk keselamatan ibu dan bayi sejak hamil hingga melahirkan.
Dia juga menyebut, RA Kartini memperjuangkan kesehatan tetapi meninggal empat hari setelah melahirkan putranya. Saat itu, ilmu pengetahuan dan teknologi terkait kesehatan belum semaju sekarang. Spirit yang diperjuangkan RA Kartini tersebut, lanjutnya, dengan derajat kesehatan permepuan yang terjamin maka SDM bayi terjamin. "Harusnya menjadi spirit kita bagaimana melindungi perempuan dengan derajat kesehatan yang lebih tinggi," katanya.
Selain kasus kematian ibu, hal lain yang perlu diwaspadai yakni stunting pada balita. Selama pandemi Covid-19, masyarakat takut mengakses pelayanan kesehatan. Selain itu, kegiatan masyarakat dibatasi pada awal pandemi.
"Remaja anemia juga masih tinggi, sekitar 30 persen, punya potensi juga ketika mengandung nanti anaknya berat badan lahir rendah (BBLR) dan punya potensi untuk stunting. Kita targetnya mewujudkan generasi emas pada 2045, kalau terjadi kasus stunting tidak bisa di-recovery, kita hanya bisa mencegah," terangnya.
Di sisi lain, Siti Atikoh menjelaskan mengenai perjuangan RA Kartini dalam hal akses pendidikan untuk perempuan yang dinilai sudah terimplementasi dengan baik. Saat ini sudah banyak perempuan lulusan S3, harapan sekolah perempuan sudah tinggi dan ada kecenderungan lebih tinggi dari laki-laki.
Sedangkan dari sisi ekonomi, perempuan yang menjalankan aktivitas ekonomi sudah 80 persen tetapi pendapatan ada gap karena banyak perempuan bergerak di sektor informal.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Solo, Selvi Ananda melihat cita-cita RA Kartini tentang kesetaraan gender, kesempatan di masa sekarang sudah ada. Tinggal perempuan mengoptimalkan kesempatan itu dengan selalu meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Saat ini, sudah banyak perempuan yang sudah memiliki prestasi di berbagai bidang.
Terkait stunting, Selvi mengatakan hal itu masih jadi PR semua untuk memerangi kasus stunting dan menekan angka kematian ibu hamil. "Dari perempuan ini tidak bisa langsung seketika, harus ditarik mundur. Mulai remaja, pasangan yang akan menikah, dan ibu hamil harus diperhatikan untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang hebat," ungkap istri Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka tersebut.
Sementara itu, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyatakan, pemikiran RA Kartini sekarang sudah banyak terwujud. Terbukti adanya kesetaraan gender, dimana kepala daerah dan anggota legislatif perempuan tidak sedikit. Dia menyebut, Pemkab Sragen dalam mengelola anggaran fokusnya berbasis gender. Salah satunya yang berhubungan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan, termasuk memberikan bantuan modal. "Kesetaraan sudah didapat tinggal perempuan mau memanfaatkan atau tidak. Perempuan juga harus mengaktualisasi diri dengan banyak membaca dan meng-upgrade diri," ucapnya.