REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) memaparkan komitmen pembangunan pertanian, khususnya petani milenial di hadapan delegasi internasional. Paparan itu disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam Webinar "Empower Youth4Food Campaign Launch", Kamis (22/4)
Peluncuran itu dilakukan serentak dari Indonesia, Bangladesh, Filipina, Belanda, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Kamboja. Dalam paparannya, Dedi Nursyamsi menjelaskan jika Pemerintah Indonesia melalui Kementan menargetkan mencetak 2,5 juta petani milenial hingga 2024, sebagaimana ditegaskan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
"Kami menargetkan untuk mencetak 2,5 juta petani milenial hingga tahun 2024. Ada beberapa strategi yang kami terapkan untuk mencapai target tersebut," papar Dedi Nursyamsi, Kamis.
Pertama, melalui pendidikan vokasi dan kejuruan mulai dari tingkat menengah hingga pendidikan atas. Strategi itu efektif untuk menghasilkan tenaga-tenaga muda andal di masing-masing sektor, khususnya pertanian.
"Pendidikan vokasi ini sudah kami dirikan di beberapa daerah. Ada sepuluh sekolah dan politeknik pertanian di Indonesia. di antaranya di Medan, Bogor, Serpong, Yogyakarta, Malang, Kupang, Manokwari dan lainnya," tutur Dedi.
Strategi kedua adanya menciptakan pertanian yang mandiri, modern dan maju sebagaimana tagline yang dicanangkan oleh Mentan SYL. Hal itu dilakukan sebagai bentuk adaptasi sistem pertanian dengan teknologi 4.0. "Pertanian harus masuk ke dalam era industri 4.0. Di mana cirinya adalah mengedepankan modernitas dan teknologi digital," ujar Dedi.
Strategi berikutnya adalah memperkuat pendataan dari pusat hingga unit paling kecil di desa-desa seluruh Indonesia. caranya adalah melalui Komando Strategis Pembangunan Pertanian Indonesia (Kostratani).
"Program petani milenial menekankan pada pembangunan SDM pertanian. Kostratani ini menyiapkan data dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional. Melalui sistem digitalisasi, sistem pertanian Indonesia dapat dikontrol dengan baik mulai dari pola, treatmen, panen hingga pasca-panen. Dari hulu hingga hilir,” tutur Dedi.
Berikutnya, Dedi melanjutkan, Kementan juga memiliki program magang ke luar negeri. Salah satunya adalah ke Negeri Jepang dan beberapa negara lainnya. "Dari sekitar seribu petani yang kami kirim magang setiap tahunnya. Petani-petani milenial yang pulang dari magang langsung difasilitasi untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat sembari transfer knowledge kepada daerahnya masing-masing," urai Dedi.
Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa petani milenial merupakan tumpuan harapan pertanian Indonesia di masa mendatang. "Petani milenial saat ini banyak meraup hasil dan keuntungan yang melimpah dari hasil bertani. Kuncinya adalah mereka mengunakan akses market internasional dan komunitas pertanian untuk memasarkan hasil pertanian di dalam negeri dan luar negeri," papar Mentan.