REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, dalam konsep diri dan persepsi interpersonal, kita akan menemukan kondisi yang disebut mutual respect (saling menghormati). Kondisi ini terjadi apabila kita merasa oke dan orang lain yang berinteraksi dengan kita juga oke.
Adanya kesamaan pandangan dan saling menghargai bahwa orang pasti memiliki keunggulan dan kelemahan. Tinggal fokus kita mau ke mana, melihat keunggulan atau membicarakan kelemahan.
Dalam berkomunikasi kita akan mendapatkan penghargaan dari orang lain ketika kita juga menghargai orang lain. Jadi ada situasi yang seimbang dalam interaksi kita. Dalam keluarga jika suami istri memiliki kemampuan mutual respect maka tidak akan muncul ego pribadi yang melibatkan emosional. Masing-masing individu tidak akan mengungkit betapa berat aktivitas hariannya yang berujung saling membandingkan kerepotan pasangannya.
Dalam pekerjaan, terjadinya mutual respect akan membuat masing-masing staf tidak perlu menceritakan betapa banyaknya pekerjaan yang dia lakukan, karena sebenarnya pekerjaan itu sudah ada target dan pencapaiannya. Jika hanya perbandingan yang diutamakan, maka akan muncul saling iri melihat orang lain lebih santai dari dirinya.
Jika mutual respect tidak hadir dalam bisnis, maka orang akan saling menjatuhkan. Menyebabkan hilangnya kepercayaan dan etika bisnis pun dilanggar. Memunculkan rasa bangga bahwa usaha kita lebih baik dari orang lain. Begitupun halnya dalam organisasi, orang bisa merasa paling benar.
Semua yang dilakukan oleh orang lain bisa saja menjadi salah. Kalau hanya yang dilihat dari sisi kesalahan, akan sangat banyak muncul kesalahan itu yang disebabkan cara pandang bekerja orang dalam organisasi yang mungkin tidak sama dan tidak semua menguasai tata kelola administrasi.
Pembaca yang kreatif, mutual respect sangat cocok kita hadirkan dan kuatkan dalam memasuki Idul Fitri 1442 Hijriyah. Kita saling menghargai, menghormati dan peduli. Ketika mengucapkan permohonan maaf, maka ucapkanlah dengan tulus.
Lihatlah orang yang Anda temui dan tunjukkanlah tanda bahwa Anda mengerti dan mendengar ucapan mereka. Suasana Idul Fitri ini patut kita jadikan sebagai momentum untuk saling memperbaiki kekurangan dan optimistis pada kebaikan.
Kita bisa mulai dengan konsistensi usaha kita untuk memberi yang terbaik. Kita akan diberikan pada pilihan untuk sesuatu yang baik untuk kita dan orang lain atau kita tetap memilih apatis dengan semua. Ini berkaitan juga bagaimana Anda melewati banyak hal dalam kehidupan.
Kesabaran dan kerendahhatian Anda membentuk kepribadian yang lebih tenang penuh dengan kebijaksanaan. Karena kalau kita selalu mencari persoalan, maka itu tidak akan pernah selesai.
Ego kita akan terus mengambil peran. Memahami, menghargai dan menghormati sesama pribadi akan lebih membuat kita semakin dewasa dalam menyikapi semuanya. Maka optimistislah pada kebaikan karena kebajikan itu sesuatu yang membuat hati dan jiwa tenang.
Selamat Idul Fitri 1442 Hijriyah. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Wa Ja’alanallahu Minal ’Aidin wal Faizin. Semoga Allah menerima segala amalan yang telah kita lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang kembali fitrah dan mendapatkan kemenangan. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Sehat dan sukses selalu.