REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti mitigasi bencana di Jawa Timur yang dirasa belum memadai. Padahal, potensi bencana seperti gempa dan tsunami masih masih menjadi ancaman, terutama di wilayah selatan Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku, pihaknya telah melakukan mitigasi bencana melalui BPBD setempat. Namun, mitigasi bencana yang dipersiapkan tidak linier dengan lokadi kejadian. Seperti mitigasi yang telah dilakukan di Banyuwangi, namun gempa malah terjadi daerah lain.
"Yang terjadi bencana gempa terdampak di Malang, Lumajang, dan sebagian Blitar,” ujar Khofifah, Ahad (22/5).
Khofifah berjanji mitigasi bencana di Jatim akan dilakukan lebih komperhensif sesuai dengan peringatan yang telah diberikan BMKG. Salah satunya dengan memastikan konstruksi bangunan tahan gempa untuk meminimalisir kerusakan dan korban akibat terjadinya gempa bumi.
Selain itu, Khofifah juga meminta pengaktifan kembali Kampung Tangguh atau Kampung Siaga Bencana sebagai salah satu bentuk mitigasi. Kampung Tangguh ini diharapkan bisa berkoordinasi langsung dengan BPBD setempat untuk melakukan antisipasi mandiri terhadap bencana-bencana alam.
"Ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap Kampung Siaga Bencana atau Kampung Tangguh,” ujarnya.
Khofifah berharap, setiap Kampung Tangguh atau Kampung Siaga Bencana memiliki lumbung sosial yang berisi peralatan evakuasi sesuai dengan potensi bencana di daerah tersebut. Misalnya di suatu daerah yang berpotensi ditwrjang bencana banjir, lumbung sosial harus memiliki pelampung, perahu karet, tali, dan lain-lain.
“Nanti akan dilakukan pemetaan kembali Kampung Siaga Bencana atau Kampung Tangguh sesuai dengan potensi kemungkinan risiko bencananya,” kata dia.