Rabu 02 Jun 2021 11:41 WIB

Masyarakat Pesisir Jatim Diminta Waspadai Gelombang Tinggi

Masyarakat pesisir diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gelombang tinggi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Pengunjung memancing ikan dengan latar belakang perahu nelayan yang ditambatkan di Pantai Popoh, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (1/6/2021). Sejak lima hari terakhir nelayan di daerah itu terpaksa tidak melaut karena tingginya gelombang di perairan pantai selatan Jawa.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Pengunjung memancing ikan dengan latar belakang perahu nelayan yang ditambatkan di Pantai Popoh, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (1/6/2021). Sejak lima hari terakhir nelayan di daerah itu terpaksa tidak melaut karena tingginya gelombang di perairan pantai selatan Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika kelas II Maritim Tanjung Perak, Surabaya, menerbitkan perngatan dini gelombang tinggi di perairan Jawa Timur (Jatim). Peringatan dini diterbitkan sehubungan dengan adanya fenomena Siklon Tropis Choi Wan 998 hPa.

Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak, Ratih Cintya Dewi mengatakan, peringatan dini yang diterbitkan berlaku mulai Rabu (2/6) hingga Jumat (4/6). Peringatan dini tersebut ditujukan kepada masyarakat sekitar pesisir dan para nelayan. Mereka diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gelombang tinggi.

"Siklon Tropis Choi Wan 998 hPa ini di Perairan timur Filipina yang berdampak pada ketinggian gelombang perairan utara Kepulauan Sangihe hingga Kepulauan Talaud, Perairan utara Halmahera hingga Papua," kata Ratih, Rabu (2/6).

Ratih melanjutkan, gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter diprediksi melanda Perairan Kalteng bagian timur, Perairan Tuban-Lamongan, Laut Jawa Utara Bawean, Laut Jawa Selatan Bawean, Perairan Utara Madura, Laut Jawa barat Masalembo, Perairan Kepulauan Kangean.

Kemudian Perairan Kepulauan Sapudi, Laut Jawa timur Masalembo, Selat Madura bagian timur. Untuk tinggi gelombang 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Jatim dan Samudera Hindia Selatan Jatim.

Ratih juga mengajak masyarakat di pesisir pantai untuk mewaspadai pola angin di wilayah Indonesia bagian utara yamg dominan bergerak dari Tenggara Barat Daya dengan kecepatan angin berkisar 5 hingga 20 knot. Kemudian di wilayah Indonesia bagian selatan yang dominan bergerak dari timur sampai selatan dengan kecepatan angin berkisar 5 hingga 25 knot.

Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Banda, Perairan Yos Sudarso, dan Laut Arafuru. "Nelayan diharap memperhatikan risiko keselamatan pelayaran," ujarnya.

Ratih menhinhatkan, nelayan yang melaut harus berhati-hati dengan potensi kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Kemudian kapal tongkang agar berhati-hati dengan kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter.

Kemudian, kapal fiber diminta menghindari kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,0 meter, kapal ferry untuk kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter. Kemudian kapal besar  berhati-hati untuk kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.

"Hati-hati karena keberadaan awan cumulo nimbus (Cb) yang luas dan gelap bisa menambah kecepatan angin dan tinggi gelombang," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement