REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Sebanyak 116 alumni SMA Pradita Dirgantara angkatan pertama dinyatakan lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021 yang diumumkan pada Senin (14/6). Jumlah tersebut mencapai 82,26 persen dari 141 alumni yang mengikuti SBMPTN.
Tahun ini, SMA Pradita Dirgantara meluluskan 149 siswa angkatan pertama. Artinya, ada 78 persen lulusan SMA Pradita Dirgantara yang lolos SBMPTN.
Para alumni yang lolos seleksi SBMPTN tersebut mendapatkan kursi di 25 perguruan tinggi negeri (PTN), dari total 85 PTN yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain lolos SBMPTN, sebagian alumni sudah diterima di PTN melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan jalur prestasi di Universitas Indonesia (UI), serta perguruan tinggi luar negeri. Di antaranya University of Chicago di Amerika Serikat, University of Toronto di Kanada, Nanyang Technological University di Singapura, Tokyo International University di Jepang, dan Monash University di Australia.
Sebagian lainnya sedang berjuang mengikuti pendidikan sebagai Calon Taruna/Taruni (Catar) AAU, Catar AAL, peminatan Universitas Pertahanan (Unhan), dan sekolah kedinasan lainnya.
Direktur Pengembangan SMA Pradita Dirgantara, Dwi Agus Yuliantoro, mengatakan, dalam persiapan menghadapi SBMPTN, selain para siswa harus belajar normal semua mata pelajaran, di sela-sela itu ada jam tambahan ekstra untuk latihan soal-soal SBMPTN.
Menurutnya, prestasi para siswa tersebut merupakan berkah, dimana lulusan angkatan pertama sudah bisa lolos di berbagai PTN dan perguruan tinggi luar negeri. Dia menilai, hal itu sebagai ini hasil kerja keras dari seluruh elemen sekolah.
"Bisa dibilang ini sangat membanggakan karena 100 persen mereka sudah masuk ke berbagai universitas dan sekolah kedinasan yang mereka inginkan. Beberapa di perguruan luar negeri sudah admission dan di University Chicago bahkan dengan full beasiswa," terang Dwi saat dihubungi Republika, Selasa (15/6).
Dwi menyatakan, sekolah yang berada di bawah Yayasan Ardhya Garini tersebut dibangun dengan visi mencetak para pemimpin masa depan dunia. Selama para siswa berada di sekolah dan asrama, mereka diberi pemahaman punya kesempatan untuk bisa sukses dan maju tidak hanya dengan berpikir untuk kuliah di level nasional. Melainkan, siswa harus berpikir dalam konteks global, termasuk untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
"Untuk mencapai itu, selama tiga tahun kami mengajarkan global competense skill atau kompetensi-kompetensi global," ungkap Dwi.
Kompetensi-kompetensi global tersebut berupa sembilan keterampilan softskill, antara lain, berpikir kritis, pemecahan masalah secara kompleks, kolaborasi, komunikasi, kemampuan asesmen dan analisis informasi, dan sebagainya. Dwi mengaku, respons para siswa merasa sangat tertantang. Sebab, yang diajarkan di SMA Pradita Dirgantara berupa sesuatu yang tidak akan ditemukan di sekolah-sekolah pada umumnya atau bahkan sekolah berlabel internasional.
SMA yang berlokasi di kompleks Bandara Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah tersebut mendesain kurikulum dari penggabungan beberapa elemen. Yakni, kurikulum nasional, global competence skill, mengadopsi kurikulum IB (International Baccalaureate), serta mengadopsi nilai-nilai di tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Kami gabungkan semua, kami ramu kemudian kami membuat satu sistem pembelajaran di SMA Pradita yang kami sebut Integrated Contextual Learning. Saya yakin kami pioneer untuk menciptakan sistem pembelajaran ini," paparnya.
Dwi menjelaskan, Integrated Contextual Learning yakni, bagaimana mencermati dan menyelesaikan satu permasalahan dari berbagai bidang ilmu secara terintegrasi. Misalnya, ada permasalahan sampah di lingkungan masyarakat, bagaimana diatasi dari sudut pandang mata pelajaran Kimia, Matematika, PKn, Agama, dan seterusnya. Semua mata pelajaran yang berbeda bisa bersinergi untuk mengatasi permasalahan di masyarakat secara terintegrasi.
Para siswa diberi pemahaman agar tidak melihat dirinya hanya bagian dari Jawa Tengah atau Indonesia. Melainkan melihat sebagai bagian dari komunitas dunia.
"Mindset itu dibangun dan kami lengkapi mereka dengan global kompetensi, kurikulum internasional, maupun project-project yang diterapkan di masyarakat dengan melihat berbagai permasalahan sosial. Hal-hal yang kami lakukan bertujuan untuk menyiapkan mereka menjadi pemimpin dunia," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) Yayasan Ardhya Garini (Yasarini), Nanny Hadi Tjahjanto, memberikan apresiasi luar biasa bagi alumni yang diterima melalui jalur SBMPTN 2021. Dia berpesan secara khusus kepada seluruh alumni agar tetap fokus selama menempuh studi.
"Saya sangat bangga dengan seluruh alumni SMA Pradita Dirgantara. Perjuangan mereka menunjukkan hasil. Selalu jaga nama baik SMA Pradita Dirgantara dan tetaplah fokus menempuh studi dimanapun kalian berada," kata Nanny seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa.