REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo dan Rumah Zakat Solo melaksanakan pelatihan dan pendampingan pengelolaan keuangan pribadi dan usaha, pengenalan produk dan layanan lembaga keuangan dan edukasi QRIS kepada Klaster Batik Paguyuban Giriarum, Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (16/6).
Edukasi tersebut untuk meningkatkan literasi keuangan ini untuk mempersiapkan anggota Paguyuban agar dapat memanfaatkan produk-produk perbankan untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan usaha.
Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan, BI Solo bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar memfasilitasi pengembangan Klaster Batik Paguyuban Giriarum Girilayu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, melalui Program Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Berbasis Kelompok Subsistence.
"Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha UMKM dan peningkatan literasi keuangan masyarakat di Girilayu yang sebagian besar masih menjadi penerima program bantuan sosial (bansos) pemerintah," kata Nugroho seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (16/6).
Pendampingan tersebut merupakan kelanjutan dari Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dan pendampingan sejak 2020. Untuk meningkatkan kualitas Batik anggota Paguyuban, KPw BI Solo telah melakukan pendampingan melalui kolaborasi anggota komunitas dengan desainer nasional dan menggelar peragaan busana pada November 2020.
Pada pertengahan April 2021, komunitas juga diberikan pelatihan cara membaca pasar termasuk memperkenalkan warna dan motif kekinian yang sedang tren secara global agar seniman batik dapat memiliki kepekaan terhadap selera pasar. Pendampingan tahun ini dan dua tahun ke depan akan tetap dilanjutkan agar terjadi kesinambungan dengan fokus pada peningkatan pengelolaan usaha, peningkatan kualitas produk dan daya saing usaha serta peningkatan perluasan akses pemasaran termasuk literasi keuangan.
Pada tahap awal, KPw BI Solo menggandeng implementing partner program UMKM subsistence, Rumah Zakat Solo yang telah berpengalaman dengan Program Desa Berdikari, untuk melakukan pendampingan intensif.
"Dari hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi anggota paguyuban antara lain, adanya kendala terkait permasalahan permodalan, pemasaran hingga perlunya inovasi untuk diversifikasi produk agar dapat lebih bersaing di pasar serta dapat menjangkau pasar yang lebih luas, utamanya kaum milenial dan pasar global," terangnya.
Selain sebagai dukungan terhadap program pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), pelatihan tersebut juga bertujuan agar anggota Paguyuban dapat mengelola keuangannya secara baik. Meskipun sebagian besar anggota telah memiliki rekening di bank, tetapi pemanfaatannya belum digunakan untuk kegiatan produktif ataupun untuk menabung.
"Meski sudah terakses perbankan, anggota Paguyuban hanya mengenal bank sebagai perantara dana bantuan sosial nontunai yang mereka terima," ungkapnya.
Pemberian bansos, lanjutnya, masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Bansos belum dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif, seperti modal usaha. Masyarakat mungkin hanya mengenal fitur tarik tunai, simpan, dan transfer. Namun, belum ada edukasi yang lebih dalam terkait pemanfaatan produk bank.
Nugroho menambahkan, dengan semakin mudahnya akses masyarakat ke bank, diharapkan masyarakat dapat mengenal fitur dan produk perbankan. Sehingga perolehan modal untuk memulai usaha juga dapat terbuka semakin lebar. Tidak hanya sekadar menampung bantuan sosial, diharapkan rekening anggota juga dapat dimanfaatkan untuk menabung, meminjam, dan kegiatan yang produktif lainnya yang dapat mempercepat peningkatan kesejahteraannya.
"Harapan ke depan, apabila anggota telah dapat mengelola keuangan dengan baik, menggunakan produk keuangan perbankan untuk penambahan modal/usaha produktif, kesejahteraan mereka perlahan dapat meningkat," ucapnya.
Dengan demikian, anggota dapat terlepas sebagai penerima bantuan. Selanjutnya, dapat meningkat sebagai pengusaha kecil yang mandiri yang dapat membuka lapangan kerja paling tidak untuk tetangga sekitarnya.
KPw BI Solo juga mengajak semua unsur mulai dari pemerintah daerah, instansi dan lembaga serta peserta pelatihan untuk tetap bersama-sama memperkuat confidence dan optimisme, bahu membahu membangun ekonomi Karanganyar untuk Indonesia yang lebih baik ke depannya.