REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lembaga kemanusiaan Internasional Networking for Humanitarian (INH) menggandeng seorang Youtuber untuk mengajak para dermawan bersama-sama menyukseskan sejumlah program kemanusian dan keagamaan di negara Uganda, Afrika Timur. Youtuber tersebut adalah Muhammad Hasan Abdillah yang memiliki akun channel "hasanjr11"
Presiden Direktur (Presdir) INH, Luqmanul Hakim menyatakan, program kemanusian dan keagamaan di Uganda ini merupakan program jangka panjang. INH sudah bermintra dengan sejumlah NGO lokal di uganda dalam menjalankan program kemanusian selama ini.
Sejumlah program yang sudah dikerjakan INH di antaranya seperti wakaf Alquran dan perbaikan sumur dan pembagian sembako untuk warga yang kurang mampu di negara tersebut. Tidak hanya itu, INH juga memiliki program rutin tahunan yakni berqurban di negara yang memiliki populasi muslim sekitar 13,7 persen tersebut.
"Saat ini kita bekerja sama dengan tokoh muda yang tidak asing lagi di telinga kita. Youtuber ternama hasanjr11 kita kirim ke Uganda dengan tujuan untuk menyalurkan wakaf musaf Alquran, namun sesampainya di sana, ternyata ada sebuah masjid yang kondisinya sangat memprihatinkan, tepatnya di Kamunyumbi village, Kamunyumbi Parish Kamaca, District Sub County Kumi. Oleh karena itu, kita sepakat untuk membuat program pembangunan masjid, di sebuah perkampungan dengan mayoritas penduduknya beragama Islam," kata Luqman, Selasa (22/6).
Luqman berharap, dengan mengandeng seorang Youtuber dan selebgram ternama bisa mengangkat program-program kemanusian di Uganda menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dunia lebih khusus untuk masyarakat di Indonesia yang notabenya memiliki tingkat kedermawanan yang sangat besar.
"Semoga apa yang menjadi harapan dan impian umat muslim di Uganda bisa terwujud, dan program pembangunan masjid ini bisa segera teralisasikan, sehingga umat islam di sana bisa lebih tenang dalam beribadah," katanya.
Sementara itu, Muhammad Hasan Abdilla menceritakan pertama kali menginjakkan kakinya di Uganda, khususnya di permukiman yang memiliki 100 persen umat Islam, dirinya merasa terenyuh melihat tempat ibadahnya sangat tidak layak. Pasalnya, satu-satunya masjid yang dimiliki masyarakat setempat hanya terbuat dari kayu yang dijadikan tiang penyangga tanpa memiliki tembok penutup.
Kemudian untuk atapnya masjid yang diberi nama Al-hidayah itu menggunakan asbes yang sudah rusak dan bocor disaat hujan datang. Yang lebih miris lagi, alas masjid itu masih merupakan tanah merah tanpa lantai sebagaimana masjid pada umumnya.
"Untuk penerangan di saat malam hari warga disini hanya menggunakan lampu dari handphone milik jama'ah. Karena tidak ada aliran listrik di masjid ini, saat memasuki waktu sholat muazin mengumandangkan adzan tidak menggunakan alat pengeras suara," katanya.
Tidak hanya itu, fasilitas untuk berwudlu para jama'ah di masjid ini hanya mengandalkan dari sumur pompa manual. Sehingga saat musim kemarau sering kali sumur pompa ini tidak lagi mengeluarkan air untuk bersuci. Alhasil banyak jamaah terpaksa harus mencari sumber mata air ditempat lain untuk sekedar berwudhu.
"Bayangkan jika di Indonesia banyak masjid yang begitu megah dan mewah lengkap dengan segala fasilitas, sementara saudara-saudara muslim kita di Uganda memiliki keterbatasan dalam sarana prasarana ibadah. Padahal agama dan Tuhan kita sama. Semoga para dermawan dimanapun berada bisa ikut membantu mensukseskan program ini," katanya.