Sabtu 26 Jun 2021 08:16 WIB

Petani Muda Jawa Timur Disiapkan Ikut Program Magang Jepang

Program ini menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM Pertanian.

Petani menyiram tanaman tembakau di Desa Dasok, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (2/6/2021).
Foto: ANTARA/Saiful Bahri
Petani menyiram tanaman tembakau di Desa Dasok, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (2/6/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementerian Pertanian mendorong para petani muda Jawa Timur untuk mengikuti program magang ke Jepang. Program ini menjadi bagian dari upaya Kementan untuk meningkatkan kapasitas SDM Pertanian yang berkualitas.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan penyiapan tenaga kerja harus dilakukan, termasuk petani yang siap bersaing secara global.

“Kita (Indonesia) membutuhkan petani petani yang siap bersaing secara global. Untuk itu, kemampuan tenaga tani harus disiapkan, salah satunya melalui program magang," ujar Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan magang merupakan salah satu metode pembelajaran yang efektif sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan serta masalah yang dihadapi dalam pengembangan SDM pertanian. Khususnya, bagi para pemuda tani yang bergerak di sektor pertanian. 

"Melalui magang, peserta melakukan proses pembelajaran sambil mengalami langsung kondisi nyata usaha tani," tuturnya. 

Pada tahun ini, BPPSDMP memiliki Program Magang Jepang yang telah dikembangkan dengan adanya peluang tenaga kerja berketerampilan khusus ke Jepang atau dikenal dengan Spesified Skill Worker (SSW). Dengan adanya SSW ini, maka peluang untuk mengirim petani muda akan semakin besar.

“Negara maju, rata rata maju bidang pertanian nya, Indonesia kalau ingin maju harus belajar dan memajukan sektor pertanian  dalam hal ini SDM nya salah satu cara adalah belajar dari negara-negara yang sudah maju pertaniannya diantaranya Jepang," ujar Dedi Nursyamsi, saat memotivasi peserta Persiapan Calon Magang Jepang untuk Wilayah Jawa Timur di Surabaya, Rabu (23/6).

Menurut Dedi, Jepang dipilih karena memiliki etos kerja yang baik dan memliki budaya kerja keras. Para petani Jepang bekerja ke lapangan sebelum matahari terbit, dan pulang ke rumah setelah matahari terbenam. 

"Artinya, jam kerja mereka lebih dari 12 jam. Sekembalinya dari Jepang Petani milenial ini diharapkan bisa menjadi pengusaha petani milenial di wilayahnya masing-masing," terangnya.

Pertemuan yang di selenggarakan di Hotel Grand Dafam Signature di hadiri oleh perwakilan UPT Pusat Pelatihan, Pengelola Program Magang Jepang dari BBPP Ketindan dan BBPP Batu dan IKAMAJA (Ikatan Alumni Magang Jepang) Pertemuan berlangsung selama tiga hari, 23-25 Juni, dan diadakan secara luring dan daring.

“Program magang jepang telah dilakukan sejak tahun 1984 dan kini telah memiliki 1.384 alumni  dan dengan pola yang sekarang (SSW) dengan jadwal pelaksanaan program magang jepang (SSW) yang ketat, kita perlu berkoordinasi dengan UPT kita, untuk menyamakan presepsi dalam pelaksanaan program ini," papar Leli Nuryati Kepala Pusat Pelatihan Pertanian.

"Untuk alumni magang jepang, yang tergabung dalam IKAMAJA (Ikatan Magang Jepang) kami undang untuk dapat sumbang saran mengenai pelaksaan program magang Jepang ini.

“Kalau awal program ini tahun 1984 di tahun 2021 pasti banyak pengembangan pengembangan itu yang harus kita antisipasi agar para calon peserta magang SSW ini dapat mengikuti program dengan baik dan bermanfaat di lingkungan sekitar setiba kembali ke tanah air," kata Leli lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement