REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus mendorong daerah melakukan penambahan kapasitas pelayanan bagi penanganan pasien Covid-19.
Terutama rumah sakit darurat (RSD) dan tempat isolasi terpusat guna mengantisipasi lonjakan kasus harian Covid-19 yang masih terus bertambah, di sejumlah kabupaten/ kota.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terus mendorong bupati/ wali koya di Jawa Tengah untuk menyiapkan RSD bagi penanganan Covid-19 di daerahnya masing- masing.
Termasuk juga meningkatkan kapasitas tempat isolasi terpusat, dengan memenuhi kebutuhan alat kesehatan (alkes) yang bersumber dari dana refocusing APBD.
Orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini juga mendorong daerah untuk memberikan insentif kepada mahasiswa kedokteran dan keperawatan yang selama ini aktif menjadi relawan di lapangan.
"Kami harus gaspol untuk menambah tempat tidur di berbagai daerah dan saat ini sudah ada 2.121 tempat tidur yang on going (sedang dipersiapkan)," jelasnha, di Semarang, Ahad (27/6).
Menurut Ganjar, Jawa Tengah terus memperbanyak RSD Covid-19 di kabupaten/ kota dengan memanfaatkan potensi gedung-gedung yang dimiliki.
Berdasarkan laporan dari daerah, setidaknya sudah ada empat daerah yang telah menyiapkan RSD Covid-19 serta tempat isolasi terpusat guna mengantisipasi penambahan kasus.
Di Kota Surakarta dudah disiapkan yang dibantu oleh KSAD, kemudian di Kabupaten Kendal dan Kota Semarang yang memanfaatkan rusunawa serta Kabupaten Banyumas yang memakai hotel.
Pada saat yang sama, Pemprov Jawa Tengah juga terus berupaya untuk membantu, terutama untuk alkes dan nakesnya yang tentu juga harus ditambah.
"Kalau tempat layanan kesehatan darurat sudah ada maka alkes dan nakesnya tidak diupayakan, tentu juga masih akan menjadi problem," kata gubernur.
Misalnya, untuk penambahan alkes tersebut, gubernur juga mengajak kepala daerah untuk mempercepat belanja menggunakan dana hasil refocusing APBD.
Karena pemanfaatan refocusing anggaran belanja tersebut dapat dialokasikan untuk menyiapkan rumah sakit darurat, seperti melengkapi kebutuhan alat kesehatan.
Sedangkan terkait penambahan nakes, ia mendorong agar mahasiswa tingkat akhir pada fakultas kedokteran atau keperawatan untuk bisa menjadi relawan di lapangan.
Baik untuk mengurus Covid-19 maupun non Covid-19. Dorongan itu muncul lantaran dalam beberapa kesempatan ada kesulitan untuk mendapatkan tambahan tenaga kesehatan.
Menurutnya, relawan dari tiga perguruan tinggi di Kota Semarang sudah ada yang siap untuk terjun menjadi relawan, seperti Undip, Unimus, dan juga STIKES.
Rata- rata mereka mahasiswa tingkat akhir yang sudah siap untuk mengabdikan tenaga maupun ilmunya dan itu bisa menjadi energi yang bisa dipakai untuk mengisi kekurangan nakes.
Gubernur juga menyebut, rata-rata mereka juga menyatakan siap, maka mahasiswa yang mau menjadi relawan kesehatan tersebut juga perlu dipikirkan.
"Maksud saya, karena nakes kemarin sangat sulit kita peroleh, rasa- rasanya insentif kepada mahasiswa tingkat akhir tersebut juga bisa diberikan," lanjut Ganjar.