REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- SMA Pradita Dirgantara melaksanakan kegiatan pencanangan Gerakan Revolusi Mental di lingkungan sekolah yang berlokasi di kompleks Bandara Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Senin (21/6) hingga Sabtu (3/7). Latar belakang pencanangan tersebut yakni tekad yang kuat untuk mewujudkan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Kegiatan pencanangan Gerakan Revolusi Mental ditutup secara daring oleh Ketua Umum Yayasan Ardhya Garini (Yasarini), Nanny Hadi Tjahjanto. "SMA Pradita Dirgantara bertekad melaksanakan gerakan revolusi mental dengan menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong. Semua ini untuk mewujudkan kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Saya yakin, instruktur dan para narasumber memberikan insight yang bagus selama dua pekan ini," ungkap Nanny, Senin (5/7).
Ia menyatakan, gerakan revolusi mental ini merupakan niat baik pemerintah untuk membangun karakter bangsa dengan cara mengubah cara pikir menjadi lebih baik, mandiri, berkarakter, dan nasionalis. Seperti gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi), gerakan ini disebut lebih sesuai dengan budaya Nusantara, yakni bersahaja dan berkesinambungan.
Menurutnya, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah proses kebudayaan yang mengeluarkan dan mengembangkan daya pikir, daya karsa, daya karya, daya rasa, dan daya raga sesuai dengan jenjang pendidikan dan tingkat pertumbuhan peserta didik.
"Tentu kita ingin menjadikan anak didik SMA Pradita Dirgantara ini tidak hanya pintar secara akademik. Namun, menjadikan individu yang memiliki attitude yang baik, peka terhadap lingkungan, dan kelak menjadi future leaders persis seperti yang kita inginkan selama ini," ujarnya.