Rabu 07 Jul 2021 16:21 WIB

BI Solo Klaim PPKM Darurat tak Berdampak dari Sisi Ekonomi

Perekonomian Solo Raya ditopang oleh tiga lapangan usaha utama.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Petugas menutup akses Jalan DR. Radjiman di Solo, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021). Penutupan jalan tersebut sebagai penegakan aturan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk mengurangi mobilitas guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Petugas menutup akses Jalan DR. Radjiman di Solo, Jawa Tengah, Senin (5/7/2021). Penutupan jalan tersebut sebagai penegakan aturan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk mengurangi mobilitas guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Bank Indonesia (BI) Solo menilai, dampak penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat terhadap perekonomian di Solo Raya sangat temporer dan tidak separah tahun lalu. Sebab, saat ini masyarakat lebih siap menghadapi pembatasan dan optimisme lebih tinggi dari tahun lalu.

Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, menyatakan sebenarnya dari sisi ekonomi tidak ada masalah. Proses produksi berjalan, teknologi dan pemasaran tetap berjalan. Namun, yang tidak berjalan mobilitas masyarakat karena faktor kesehatan. Hal itu menyebabkan kebutuhan berkurang, penjualan berkurang, maka produksi berkurang, yang akhirnya berdampak pada perekonomian.

"Ya pasti berdampak. Apakah signifikan tinggal lamanya seberapa. Kalau sampai tanggal 20 Juli kan cuma tiga pekan, jadi kuartal II tidak terpengaruh, secara statistik kecil sekali. Sehingga perhitungan ekonomi kuartal II masih tetap bagus," kata Nugroho saat acara Ngobrol BI Bersama Media secara daring, Rabu (7/6).

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), kinerja dunia usaha di wilayah Solo Raya pada kuartal II-2021 tercatat meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Peningkatan kinerja dunia usaha diperkirakan masih berlanjut meskipun tidak setinggi kuartal II-2021.

Nugroho menyebut, perekonomian Solo Raya ditopang oleh tiga lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan, perdagangan dan pertanian. Berdasarkan hasil SKDU, industri pengolahan dan perdagangan diperkirakan mengalami penurunan akibat adanya PPKM Darurat, terutama sektor perdagangan lantaran larangan operasional kegiatan di pusat perbelanjaan. "Sedangkan sektor pertanian Solo Raya pada kuartal III-2021 diperkirakan meningkat dibandingkan kuartal II-2021 karena perkiraan cuaca yang semakin kondusif dengan normalisasi La Nina," imbuhnya.

Nugroho menjelaskan, ada perbedaan cukup fundamental dan signifikan kondisi ekonomi saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar) tahun lalu dan PPKM Darurat sekarang. Pertama, tahun lalu ekonomi negara-negara di dunia turun, bahkan Indonesia tidak bisa melakukan ekspor. Namun, sekarang ini ekspor justru menjadi penopang perekonomian, khususnya sektor manufaktur.

"Ekonomi global sudah berjalan, pertumbuhannya lumayan tinggi. Dulu permintaan ekspor rendah, sekarang sudah tinggi. Manufaktur sektor yang diperbolehkan tetap berjalan. Ekspor akan menjadi penopang saat ini," ucap Nugroho.

Kedua, lanjutnya, saat PSBB dulu digitalisasi tidak semassif sekarang. Saat ini, hampir semua lini dialihkan ke digital, terutama transaksi jual beli. Sehingga proses penjualan tidak separah tahun lalu, meskipun ada pengetatan.

Ketiga, tahun lalu masih tahap penyelamatan, sekarang tahapnya pada pemulihan. Sehingga insentif yang diberikan pemerintah berbeda. Contohnya insentif PPNBM untuk kendaraan sudah meningkatkan konsumsi. Kemudian di sektor properti, adanya insentif PPN 10 persen ditanggung pemerintah, ditambah beberapa pengembang memberikan diskon juga mendorong permintaan.

Keempat, perihal optimisme. Dulu saat PSBB diberlakukan, masyarakat cenderung pesimistis, namun saat PPKM Darurat sekarang sudah optimistis. Sebab, sudah ada vaksinasi dan masyarakat sudah terbiasa dengan protokol kesehatan sehingga aktivitas ekonomi berjalan. "Karena sudah ada optimisme, begitu dibuka setelah PPKM Darurat maka ekonomi akan langsung menggeliat. Itu yang membuat dampaknya sangat temporer dan tidak sebesar tahun lalu," ungkap Nugroho.

Dia menambahkan, pembatasan mobilitas saat PPKM Darurat paling berdampak pada sektor transportasi. Selain itu, kemungkinan juga sedikit berdampak pada sektor ke ritel tetapi tidak sedalam tahun lalu. Sebab, penjualan secara daring saat ini sudah maju. Masyarakat sudah terbiasa belanja daring.

Nugroho menyatakan optimistis terhadap perekonomian Solo Raya lantaran sebelum-sebelumnya selalu lebih tinggi dari Jawa Tengah maupun nasional. Jika melihat aktivitas penerbangan maupun okupansi memang masih terjadi penurunan. Namun, data lalu lintas sudah kembali normal seperti sebelum pandemi Covid-19.

"Artinya banyak yang beraktivitas di Solo tidak melalui lapangan udara, sebagian menginap di hotel, homestay atau hanya harian, datang pagi pulang malam. Juga terlihat dari indikator permintaan uang kartal. Ini indikator ekonomi Solo bergerak lebih tinggi sudah optimistis," paparnya.

Terkait dampak PPKM Darurat terhadap inflasi, Nugroho menyatakan memang ada satu dua komoditas yang harganya naik. Tetapi bukan disebabkan PPKM Darurat, melainkan dari sisi produksi. Misalnya, harga cabai rawit naik karena siklus produksi sedang turun. Contoh lainnya, harga telur ayam naik karena harga pakan yang berbahan jagung impor juga naik. "Jadi tidak ada hubungannya dengan PPKM Darurat," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement