REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda DIY) angkat bicara terkait tabung gas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta yang ditarik vendor. Penarikan tabung gas ini dilakukan di tengah kondisi krisis gas di DIY.
"Kalau sampai ada vendor seperti itu namanya egois, sekarang ini kondisinya darurat," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (14/7).
Penarikan ini dilakukan karena RS PKU Muhammadiyah mengisi tabung gas dengan vendor lain. Hal ini dikarenakan ketersediaan gas menipis, sementara kebutuhan oksigen meningkat akibat lonjakan kasus Covid-19 di DIY.
"Tidak boleh ada vendor (yang bertindak) kalau ini tabung ku kemudian dia tidak datang-datang, diisi dengan oksigen (dari vendor) lain dan itu ditarik kembali, itu tidak boleh," ujar Aji.
Dalam kondisi darurat saat ini rumah sakit berupaya agar ketersediaan gas tidak kosong. Rumah sakit pun, kata Aji, harus kejar-kejaran dengan waktu mengingat jika terjadi kekosongan oksigen akan berdampak pada keselamatan pasien.
"Kalau dia (vendor) bisa mengirim dengan jumlah yang dibutuhkan PKU Muhammadiyah, ya silakan. Tapi kalau tidak kan harus diisi (vendor) yang lain, ini kerja-kejaran waktu karena oksigen itu telat sedikit saja kacau rumah sakit," jelasnya.
Ia mencontohkan, saat ketersediaan oksigen semakin menipis seperti yang terjadi di RSUP Dr. Sardjito, pasokan gas yang sebelumnya diisi oleh PT Surya Gas diisi oleh PT Samator. Dikarenakan dalam kondisi darurat, maka hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh penyuplai gas maupun rumah sakit.
"Kalau memang diperlukan, kami akan fasilitasi (untuk berkomunikasi antara rumah sakit dan vendor). Kita bicarakan agar tidak ada kesalahpahaman. Sekarang antar rumah sakit saja mengirim gas, dari RSA UGM misalnya dikirim ke Sardjito juga tidak ada masalah karena kondisinya darurat," kata Aji.