REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Plt Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Bagus Adhirasa mengakui, komiditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman obat mengalami fluktuatif harga selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Faktornya ialah distribusi yang terhambat.
Bagus mengakui, beberapa komoditas hortikultura harganya tidak stabil dan cenderung mengalami naik-turun. Terutama pada komoditas cabai. Selisih harga di tingkat konsumen dan produsen bahkan bisa mencapau 20 persen.
"Hal ini disebabkan kondisi faktor distribusi dari produsen ke konsumen terhambat selama pelaksanaan PPKM ini," ujarnya, Rabu (28/7).
Meski demikian, kata Bagus, selama PPKM Darurat, sektor pertanian Jatim mengalami pertumbuhan mencapai 10,64 persen. Artinya, sektor ini mengalami pertumbuhan tertinggi. Namun, khusus komoditas hortikultura terjadi kontraksi karena daya simpan terbatas.
"Sedangkan untuk pangan yang strategis khusus beras, jagung, dan kedelai harganya relatif terkendali. Malah terjadi penurunan harga kisaran harga dua sampai tiga persen," ujar Bagus.
Terkait adanya hambatan alur distribusi di tengah PPKM Darurat, Bagus mengajak masyarakat, terutama petani untuk memanfaatkan teknologi untuk proses jual beli. Ia menyebut, saat ini sudah ada beberapa petani yang memanfaatkan pasar online untuk menjual produknya.
"Karena memang usaha pertanian ini didorong pemasarannya melalui market place lumbung pangan yang dikembangkan oleh Pemprov Jatim," kata dia.