Kamis 05 Aug 2021 05:05 WIB

DKRTH Surabaya Antisipasi Lonjakan Limbah Medis

Jumlah limbah medis terutama masker di rumah tangga diprediksi meningkat

Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) mengumpulkan limbah medis di ruang perawatan pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021). Penambahan jumlah kasus positif COVID-19 di Kota Bogor menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan dan ICU RSUD Kota Bogor ikut meningkat hingga mencapai 75 persen atau hampir masuk kategori zona merah.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) mengumpulkan limbah medis di ruang perawatan pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/6/2021). Penambahan jumlah kasus positif COVID-19 di Kota Bogor menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan dan ICU RSUD Kota Bogor ikut meningkat hingga mencapai 75 persen atau hampir masuk kategori zona merah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya diminta mengantisipasi lonjakan limbah medis menyusul masih tingginya kasus Covid-19 sehingga menaikkan jumlah penggunaan masker dan alat medis lainnya.

"Sebulan terakhir ini peningkatan kasus luar biasa, banyak warga yang isolasi mandiri. Warga yang sehat juga kemana-mana pakai masker," kata anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya William Wirakusuma di Surabaya, Rabu (4/8).

Menurut dia, perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 mulai 3-9 Agustus di Kota Surabaya sebagai bukti bahwa kasus Covid-19 di Surabaya masih tinggi. Hal itu dapat diketahui dengan masih banyaknya warga yang menjalani isolasi mandiri. Selain itu, lanjut dia, banyak warga yang sehat juga menggunakan masker setiap hari, sehingga mengakibatkan meningkatnya jumlah limbah medis terutama masker di rumah tangga.

"Tentunya hal ini perlu ditangani dengan baik dengan menyiapkan sistem pengelolaannya," ujar politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini.

William menyarankan DKRTH supaya bisa membuka komunikasi dengan Satgas Covid-19 mulai dari tingkat kota hingga yang terkecil kampung tangguh bahkan RT/RW. Jika memungkinkan, lanjut dia, mereka bisa menyediakan kantong-kantong khusus yang dibagikan ke setiap rumah tangga untuk memisahkan sampah medis.

"DKRTH ini kan punya program pembinaan kader-kader kebersihan. Selain Satgas Covid-19 harapannya mereka juga bisa dilibatkan, pengelola bank sampah juga. Tiap keluarga dibagikan kantong khusus sampah medis kemudian diambil secara berkala oleh petugas kebersihan," kata William.

Diketahui untuk periode Juli lalu, petugas kebersihan DKRTH Surabaya telah memisahkan sampah masker mulai dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hampir satu ton sampah masker diperoleh dari hasil pemilahan tersebut hanya dalam periode satu bulan. Sampah ini kemudian didisinfektan, dicacah, dan ditangani sesuai dengan prosedur penanganan limbah medis.

"Pemisahan sampah masker dan sampah medis ini tentu memakan waktu. Alangkah baiknya jika sejak awal sudah dilakukan pemisahan oleh setiap rumah tangga. Pasti penanganannya bisa lebih cepat. Dari segi keamanan juga lebih terjaga," kata William.

Ia mengingatkan bahwa pandemi ini bisa saja masih berlangsung beberapa tahun ke depan. Sistem penanganan dan pemilahan sampah perlu menjadi kebiasaan baru. Pemerintah bisa mulai mengembangkan dan mensosialisasikan hal ini kepada seluruh warga agar menjadi kebiasaan.

"Jadi selain 3M (memakai makser, menjaga jarak dan menghindari kerumunan) pemilahan sampah ini juga perlu dikampanyekan agar menjadi kebiasaan baru di masyarakat. Semua diberikan peran, sekecil apapun, sebatas memilah sampah juga penting dalam menghadapi pandemi ini. Semua kalau dikerjakan bersama-sama tentu lebih ringan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement