REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri mengaku, terbelenggu ketika ia menjadi presiden. Sebab, posisi tersebut mengharuskannya untuk dapat menata tutur kata dan pernyataannya.
"Saya rasa terbelenggu ketika jadi wapres, presiden, saya harus menata cara bicara saya," ujar Megawati dalam pembukaan Pelatihan Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang digelar secara daring, Rabu (4/8).
Hal tersebut diakuinya sulit dilakukan, karena Megawati menilai, dirinya sebagai orang yang berbicara apa adanya. Khususnya, di hadapan kader partai berlambang banteng itu.
"Saya suka merasakan, ini kadang-kadang kok tujuannya katakan ke sana, kok saya mesti belok-belok supaya sepertinya perkataaan itu menjadi manis," ujar Megawati.
Setelah tak lagi menjadi presiden, dia mengaku, masih dipercaya untuk menjadi ketua umum partai. Saat menempati posisi tersebut, dia sering diminta untuk membagikan wawasannya mengenai masalah bencana alam maupun konflik.
"Saya ini orang yang senang guyon sama diri sendiri. Saya bilang sama diri saya sendiri, lama-lama kok saya jadi konsultan ya, konsultan yang namanya bencana ya," ujar Presiden ke-5 Republik Indonesia itu.
Di samping itu, Megawati meminta, kepada seluruh kader untuk terus menerapkan pelatihan mitigasi bencana. Menurutnya, tindakan pascabencana merupakan hal yang tak bisa diabaikan, terutama bagi masyarakat Indonesia.