Ahad 08 Aug 2021 16:10 WIB

Kiat Pendidikan Vokasi Menjawab Bonus Demografi

Kemahiran pendidikan kejuruan telah berubah orientasinya menjadi demand-driven.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta, Rabu (19/5). SMK-SMTI menjadi salah satu tempat perakitan alat deteksi Covid-19 GeNose C19 melalui konsorsium pengembang GeNose C19. Ini menjadi salah satu kerjasama antara unit pendidikan dan industri melalui pengembangan pembelajaran. Sehingga menunjukkan bahwa pendidikan vokasi saat ini sudah menjawab kebutuhan industri saat ini. Hingga kini 5 ribu unit GeNose C19 sudah dirakit di SMK-SMTI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Pada 2020 hingga 2035 nanti, Indonesia harus menghadapi bonus demografi. Diperkirakan, jumlah penduduk usia produktif bakal mencapai hampir 70 persen dari total populasi penduduk di negeri ini.

Harus diakui, kondisi tersebut bakal menghadirkan tantangan yang tidak ringan bagi bangsa, terutama jika bonus demografi berbanding terbalik dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.

Sebelum menatap jauh ke depan, sampai dengan Februari 2021 saja, jumlah angkatan kerja di Indonesia telah mencapai lebih dari 139,8 juta jiwa, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

Di satu sisi, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri saat ini adalah tenaga pelaksana, sedangkan perguruan tinggi terus mencetak lulusan untuk menjadi perencana atau pemikir dan bukan pelaksana.

Tak pelak, berbagai upaya dan strategi pun terus dilakukan oleh pemerintah serta para penentu kebijakan pendidikan, dengan tujuan tak lain untuk 'menyelamatkan' bangsa ini dari dampak negatif bonus demografi.

Tidak ketinggalan pula dunia pendidikan vokasi, yang ada di Jawa Tengah juga terus menyusun berbagai strategi guna menghadapi fenomena bonus demografi tersebut.

Sebut saja, SMKN 1 Brebes, Kabupaten Brebes, serta SMKN Matesih, Kabupaten Karanganyar, melalui transformasi SMK sebagai Center of Excellence atau SMK sebagai pusat keunggulan dalam menjawab tantangan bonus demografi.

"Sebab, salah satu syarat agar bonus demografi bisa dimanfaatkan secara optimal adalah dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas tenaga kerja," ungkap Kepala SMKN 1 Brebes, Drs Bejo MPd, Sabtu (7/8).

Menurutnya, SMKN 1 Brebes merupakan salah satu dari sekian banyak sekolah di Provinsi Jateng yang mendapatkan predikat sebagai SMK Pusat Keunggulan pada kompetensi keahlian tata busana.

Maka, strategi pembangunan pendidikan kejuruan perlu dirancang untuk dapat memanfaatkan peluang dari momentum bonus demografi yang bakal dihadapi oleh bangsa ini.

Melalui program Center of Excellence, SMKN 1 Brebes mengoptimalkan bantuan berbagai sarana penunjang proses pembelajaran dari pemerintah. Seperti gedung laboratorium praktik bagi siswa.

Selain itu juga peralatan pendukung  praktik dan program pembelajaran dalam kompetensi keahlian tata busana dan menerapkan model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) secara mandiri serta budaya kerja standar industri.

Maka, jika dulu siswa SMK dididik untuk bekerja di industri, saat ini juga ada tambahan pembelajaran agar mampu menjalankan bisnis. Sehingga siswa tidak hanya bekerja di industri tetapi juga mandiri dan percaya diri untuk menjalankan bisnis.

Jaringan kerja sama, lanjutnya, juga dibuka sesuai kompetensi keahlian tata busana dengan industri, seperti Studio F+ Semarang. Melalui kiat itu guru diberi pelatihan tentang desain busana, mulai dari pemilihan bahan hingga pembuatan motif secara digital.

"Saat ini kemahiran pendidikan kejuruan telah berubah orientasinya menjadi demand-driven, di mana peserta didik disiapkan untuk memiliki kompetensi dari sisi hard skill, soft skill, maupun karakter," tegas Bejo.

Sementara itu, di 2020, SMKN Matesih juga ditetapkan sebagai Center of Excellence pada kompetensi keahlian multimedia. Sarana fisik di sekolah itu juga dikembangkan oleh pemerintah melalui pembangunan laboratorium dengan sarana dan fasilitas berstandar industri dan dunia kerja.

Pengembangan dilanjutkan dengan melakukan kerja sama dengan Industri dan Dunia Kerja (IDUKA). Dalam hal ini SMKN Matesih bekerja sama dengan PT EDUCA Sosfomedia Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan konten digital baik berupa aplikasi, games, dan animasi.

Program kerja sama dengan IDUKA juga dilakukan melalui sinkronisasi kurikulum, magang guru, magang siswa, guru tamu, kelas industri, penyaluran lulusan, hingga sertifikasi kompetensi.

Dalam menghadapi fenomena bonus demografi siswa juga dilatih agar memiliki pola berpikir, wawasan, dan kreativitas yang tinggi pada kompetensi keahlian multimedia seperti web designer, animator, fotografer, serta editor video.

Siswa juga ditanamkan kesadaran serta kepekaan sosial sehingga ketika lulus mereka sudah siap terjun di dunia kerja. Di sisi lain mereka juga dapat membuka usaha sendiri sesuai kemampuan dan keterampilan masing-masing.

"Termasuk menciptakan lapangan kerja baru untuk ikut andil membantu pemerintah dalam memanfaatkan bonus demografi,” jelas Kepala Program Multimedia SMKN Matesih, Anita Iskhayati.

Sementara itu, dalam hal kebijakan strategis untuk sekolah kejuruan, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri, Dirjen Pendidikan Vokasi telah bekerja sama dengan Dyandra Academy (PT Dyandra Promosindo).

Kerja sama ini menghadirkan Digital Marketing Development Program, dalam hal ini untuk pengembangan kemampuan praktis guru dan tenaga pendidik SMK di daerah Jateng dan sekitarnya.

Director Dyandra Academy, Rumpoko mengatakan, ketersediaan tenaga pendidik yang kompeten merupakan salah satu strategi pembenahan Pemerintah dalam rangka memperkuat sumber daya manusia dari pendidikan kejuruan/vokasi.

Melalui kerja sama itu, diharapkan para tenaga pendidik dapat menjadikan pendidikan kejuruan (vokasi) sebagai investasi jangka panjang. Karena dengan tenaga pendidik yang kompeten dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja yang berkompeten dan berdaya saing sesuai dengan kebutuhan industri, guna memetik keuntungan bonus demografi.

"SMK sebagai lembaga pendidikan yang menitikberatkan pada penguasaan keahlian atau keterampilan terapan tertentu menjadi pemegang kunci dalam membekali anak bangsa kita untuk bersaing secara global di masa depan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement