Ahad 08 Aug 2021 23:04 WIB

Elegi PKL Sektor Wisata di Masa Perpanjangan PPKM

Penjualan bunga dan tanaman hias tersebut hanya mengandalkan para pengguna jalan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Elegi PKL Sektor Wisata di Masa Perpanjangan PPKM (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Elegi PKL Sektor Wisata di Masa Perpanjangan PPKM (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: S Bowo Pribadi/Jurnalis Republika

Larangan bagi begbagai kegiatan pariwisata guna membatasi mobilitas masyarakat telah menghadirkan situasi yang sulit bagi Ramini (52), salah satu warga Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Pasalnya, roda perekonomian keluarganya –selama ini—sangat mengandalkan aktivitas pariwisata, khususnya para wisatawan maupun pengunjung Taman Wisata Kopeng (TWK) dan tempat tujuan wisata lain di lereng gunung Merbabu tersebut.

“Sehingga --sejak kegiatan wisata di Kecamatan Getasan ditutup --dalam tiga bulan terakhir— saya dan puluhan penjual bunga hias lainnya di kompleks TWK, harus merelakan penghasilan harian tersebut,” jelasnya, Ahad (8/8).

Guna menyiasati situasi yang sulit tersebut, Ramini pun mencoba peruntungan dengan menjual bunga dan berbagai tanaman hias di pinggir jalan utama Kopeng- Kabupaten Magelang, masih di wilayah Desa Kopeng.

Praktis, penjualan bunga dan tanaman hias tersebut hanya mengandalkan para pengguna jalan yang sedang melintas. Tak jarang pula, ia harus pulang tanpa membawa uang hasil dari penjualan bunga dan tanaman hias tersebut.

Kecuali pada akhir pekan, karena masih ada pengguna jalan yang mampir untuk membeli. “Walaupun sedikit, bisa membawa pulang uang sudah berkah yang harus saya syukuri,” ungkapnya.

Karena itu, saat menerima bantuan sosial gotong royong yang disalurkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang bersama dengan puluhan PKL di kawasan TWK –diakui Ramini-- sangat membantu kebutuhan harian keluarganya.

Ia juga mengaku, sebenarnya sudah sangat berharap Kegiatan wisata di Kabupaten Semarang, khsusnya di Kecamatan Getasan, bisa berjalan normal kembali dan sektor- sektor pendukung lain seperti penjual bunga dan tanaman hias juga kecipratan rejeki.    

Namun harapan tersebut masih harus dikubur setelah masa pembatasan mobilitas dan aktivitas pariwisata belum dilonggarkan, karena situasi yang belum sepenuhnya aman dari Covid-19. “Makanya, walaupun mendapat hasil yang tak seberapa harus tetap sabar, yang penting tetap sehat,” tambahnya.

Keinginan yang sama, juga disampaikan oleh sejumlah PKL di kawasan obyek wisata Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan. Mereka mengaku, kondisi perekonomian PKL di kawasan Candi Gedongsongo juga kian terpuruk.

“Kami berharap, pemerintah jangan PHP lagi soal pembukaan kembali aktivitas periwisata, karena situasi kami kian hari kian bertambah sulit,” ungkap salah satu penjual souvenir di kompleks Candi Gedongsongo, Rani (37).

Sebagai bagian dari pelaku ekonomi di obyek wisata, jelasnya, permintaan para PKL di kompleks Candi Gedongsongo cuma satu, tempat wisata dibuka kembali dan mereka bisa berjualan lagi.

Karena hampir tiga bulan tidak berjualan, modal dan barang dagangan saat ini sudah habis karena terdesak kebutuhan sehari- hari. Uang tidak lagi berputar, tetapi habis untuk kebutuhan makan harian.

Jangan sampai pembatasan mobilitas masyarakat dan aktivitas wisata terus diperpanjang. “Saya juga tidak tahu lagi bagaimana nasib kami nanti, dan tolong kalau nanti aktivitas pariwisata dilonggarkan, tolong bantu kami mengakses perbankan,” tandasnya.

Harapan yang sama juga diungkapkan oleh Subur (49), PKL candi gedongsongo lainnya. Ia  mengatakan, kebutuhan modal usaha untuk pedagang juga sangat penting. Karena para pelaku usaha di sector pariwisata saat ini sudah ‘habis- habisan’.

Karena lama tak berjualan, para PKL tidak lagi ada pemasukan. Oleh karena itu saat masa PPKM nanti sudah berakhir dan aktivitas wisata dibuka kembali para PKL di candi Gedongsongo juga bisa dibantu untuk mengakses permodalan.

“Bua tapa kalaau tempat wisata dibuka, tetapi kami tidak bisa ngapa- ngapai karena tidak punya modal untuk memutar uang,” tandasnya.

Kepala Dinas pariwisata kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih yang dikonfirmasi mengaku bisa memahami keresahan para pelaku ekonomi di sektor pariwisata yang ada di daerahnya tersebut.

Namun Pemkab Semarang juga tidak bisa berbuat banyak, kecuali mengikuti instruksi dan ketentuan Pemerintah Pusat, dalam upaya mengendalikan penyebaran Covid-19.

Berbicara harapan, lanjutnya, tentu semuanya ingin agar situasi dan kondisi sulit ini bisa segera diakhiri, tempat wisata bisa dibuka kembali sehingga aktivitas perekonomian di sector pariwisata bisa menggeliat lagi.

Namun kesadaran masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dan tatalaksana aktivitas wisata di masa pendemi juga menjadi opsi yang harus dipatuhi. “Sehingga semuanya bisa  bergerak bersama- sama dan mampu menjamin kegiatan wisata aman dari risiko penularan Covid-19,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement