REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Penggunaan styrofoam sebagai pembungkus makanan cukup populer walau tidak ramah lingkungan karena mengandung zat berbahaya bagi tubuh. Terdapat senyawa benzena dan styrene yang memiliki efek samping bagi kesehatan.
Kondisi itu mendorong empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mencari solusi. Mereka menggagas pengembangan kemasan makanan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan dari rumput laut sebagai pengganti kemasan styrofoam.
"Keberadaan rumput laut di Indonesia melimpah dan berpotensi digunakan sebagai bahan kemasan masa depan yang aman dan ramah lingkungan," kata ketua tim pengembang, Ilham Firdausi, Jumat (6/8).
Gagasan bioplastik rumput laut lahir dari pemikiran Ilham bersama rekannya di Fakultas Teknologi Pertanian. I Nyoman Anggie Pratistha dan Arif Ramadhan serta Dimas Wahyu Prasetyo dari Fakultas Biologi, dibimbing Andika Wicaksono Putro.
Konsep itu berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemdikbudristek melalui PKM-GFK 2021. Pemilihan rumput laut karena mengandung senyawa karagenan yang merupakan salah satu fikokoloid dengan kemampuan pembentukan film yang sangat baik.
Dalam pembuatan bioplastik rumput laut ini menggunakan karagenan sebagai bahan utama dengan tambahan bahan pendukung gliserol, air dan beeswax. Berikutnya, karagenan dicampur air dan gliserol untuk dipanaskan dan ditambahkan beeswax.
"Setelah larut lalu disaring yang selanjutnya dicetak sebagai kemasan makanan. Terakhir dilakukan proses pengeringan sebelum siap digunakan," ujar Ilham.
Arif menuturkan, mereka menawarkan solusi alternatif mengatasi persoalan sampah plastik, terutama pencemaran laut. Kemasan ini bernilai aman bagi makanan dan lingkungan, dapat terdegradasi alam dan bisa jadi pupuk organik bagi tanaman.
"Kalau styrofoam setelah dipakai tidak punya nilai ekonomis, hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan dengan waktu urai yang sangat lama," kata Arif.
Saat ini, mereka terus melakukan pengembangan dan evaluasi guna mendapat formula terbaik agar diperoleh kemasan yang lebih layak pakai. Diharapkan ke depan dapat berkontribusi mengatasi persoalan kesehatan dan lingkungan akibat styrofoam.