REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Pengaruh cuaca terhadap hasil panen budidaya jamur menyebabkan tidak tercapainya keadaan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram. Apalagi, jika belum diukur suhu dan kelembaban, dan penyiraman belum sesuai kebutuhan.
Umumnya, hanya dilakukan dengan menyiram kumbung jamur. Ini mendorong mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat sistem alat monitoring suhu dan kelembaban kumbung jamur yang berbasis microcontroller, AI dan IoT.
Ada Satya Adhyaksa Ardy dari Teknologi Informasi, Via Husna Mudiah dari Pendidikan Teknik Busana, Aisyatunnisa Tawakkal dari Pendidikan Fisika, serta Nurul Kumara Fitriyani dan Tengku Khadijah Nurul Hanifah dari Prodi Kimia.
Satya mengatakan, saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang mana penggunaan teknologi informasi jadi sangat penting untuk bersaing dengan dunia global. IoT, AI, robotik sensor, 3D Printing jadi teknologi utama penopangnya.
"Aplikasi Telegram kami gunakan untuk memonitor suhu dan kelembaban kumbung karena jauh lebih murah dibandingkan dengan mengembangkan aplikasi sendiri dan tampilannya mudah digunakan oleh mitra," kata Satya, Rabu (11/8).
Via menerangkan, sistem asisten ini memanfaatkan konsep IoT untuk mengirim data suhu dan kelembaban dalam kumbung jamur tiram dari Telegram. Juga memanfaatkan AI berupa Logika Fuzzy untuk menentukan lama penyiraman.
"Dengan mempertimbangkan suhu dan kelembaban dari kumbung jamur tiram," ujar Via.
Aisya menjelaskan, alat ini terdiri dari node sensor dan kendali utama. Mereka memakai sensor suhu DHT11 yang diletakkan di tiga titik kumbung jamur dan tiga sensor mengirim data suhu dan kelembaban kumbung di setiap titik ke kendali.
Setelah dirata-rata, data yang didapat menentukan lama penyiraman yang dibutuhkan kumbung jamur memakai logika fuzzy. Kendali utama menyalakan pompa air tekanan tinggi yang terhubung pipa air dengan nozzle kabut.
Pipa melintang di atas rak baglog jamur, menghidupkan kipas angin turunkan dan ratakan suhu serta kelembaban kumbung. Alat bisa bekerja otomatis dan manual yang dapat diatur menggunakan Telegram, sehingga petani bisa mengaturnya.
"Petani jamur dapat mengontrol alat dan mendapat notifikasi suhu dan kelembaban kumbung, kapan dilakukan penyiraman dan lakukan input data panen lewat Telegram dengan bot dari ponsel mereka," kata Aisya.
Dalam fitur terbaru alat ini juga disertakan website untuk visualisasi data suhu, kelembaban dan data panen yang lebih baik. Karya ini juga berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan IPTEK pada 2021.