Ahad 15 Aug 2021 18:56 WIB

Alumni Swedia Ingatkan Potensi Blue Economy

Model ini memiliki konsekuensi perubahan perilaku masyarakat untuk cinta lingkungan.

Alumni Swedia atau jaringan Warga Negara Indonesia lulusan berbagai institusi pendidikan di Swedia, menggelar diskusi bertajuk ‘Penguatan Blue Economy Pasca-Pandemi Covid-19 Menuju Ekonomi Indonesia Tangguh’, secara daring, Ahad (15/8).
Foto: dokpri
Alumni Swedia atau jaringan Warga Negara Indonesia lulusan berbagai institusi pendidikan di Swedia, menggelar diskusi bertajuk ‘Penguatan Blue Economy Pasca-Pandemi Covid-19 Menuju Ekonomi Indonesia Tangguh’, secara daring, Ahad (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Alumni Swedia atau jaringan Warga Negara Indonesia lulusan berbagai institusi pendidikan di Swedia, menggelar diskusi bertajuk ‘Penguatan Blue Economy Pasca-Pandemi Covid-19 Menuju Ekonomi Indonesia Tangguh’, secara daring, Ahad (15/8). Agenda tersebut menghadirkan secara virtual Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia Kamapradipta Isnomo, dan Duta Besar Kerajaan Swedia untuk Indonesia Marina Berg. 

Kemudian sebagai narasumber pada diskusi, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia Arsjad Rasjid dan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia A. Widyasanti, serta Erlangga Arfan sebagai pemantik diskusi.

Ketua Alumni Swedia Dothy, pada kesempatan tersebut, menyampaikan bahwa agenda virtual tersebut dihelat untuk mengisi Peringatan HUT Ke-76 Republik Indonesia tahun ini yang bertema ‘Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’, dengan diskusi yang inovatif dan produktif.

"Paparan dan diskusi yang menghadirkan para narasumber dari pemangku kepentingan regulasi dan industri ini mengeksplorasi potensi dan strategi implementasi konsep blue economy di Indonesia. Sangat potensial mengingat berlimpahnya sumber daya sektor maritim dan bahari Indonesia, serta sangat kontekstual saat ini, karena negeri kita butuh pengungkit kebangkitan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam situasi Pandemi Covid-19," ungkap Dothy dalam siaran pers, Ahad (15/8).

Ia melanjutkan, turut hadirnya kedua Duta Besar, baik Indonesia dan juga Swedia, menyimbolkan relasi dan kolaborasi bilateral yang terjalin baik selama ini. Alumni Swedia kini telah berjumlah ratusan dan tersebar tak hanya di Indonesia dan Swedia tetapi juga di berbagai negara. Banyak di antaranya kini berkiprah sebagai akademisi, praktisi dalam aneka industri, dan juga mengabdi di birokrasi. 

"Misi dari Alumni Swedia ialah menjadi jembatan kesempatan yang tak berbatas dalam upaya-upaya pengembangan kerja sama dan jaringan lintas sektor. Sekaligus turut mempromosikan hubungan bilateral yang saling berbagi manfaat dan berkelanjutan antara Indonesia dan Swedia," kata Dothy lagi.

Sementara itu dalam sambutannya, Suharso Monoarfa, mengapresiasi inisiatif Alumni Swedia yang telah aktif menggelar diskusi bertopik blue economy. "Konsep blue economy ini sangat penting, utamanya mengingat Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ekonomi biru atau blue economy menjadi semakin populer di dunia, utamanya di kalangan para pemangku kebijakan," jelasnya.

"Perencanaan pembangunan dengan menerapkan model ekonomi biru ini akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Redesain Transformasi Ekonomi Indonesia Pasca-Covid-19 yang sedang disusun oleh Bappenas saat ini. Tentunya, model ekonomi biru akan memiliki konsekuensi pada perubahan paradigma perilaku masyarakat untuk lebih cinta lingkungan, lebih memperhatikan sumber daya hayati, dan berusaha untuk menjaga kelestariannya, serta diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak," papar mantan Menteri Perumahan Rakyat, anggota DPR RI, dan Dewan Pertimbangan Presiden tersebut.

Kamapradipta Isnomo menambahkan, bahwa topik ‘blue economy’ sangat tepat untuk menjadi fokus oleh Indonesia dan Swedia. "Pertama, karena kedua negara sesama negeri maritim yang memiliki kepentingan yang besar terhadap keberlanjutan dan pelestarian laut. Kedua, di tengah upaya pemerintah memulihkan ekonomi pasca-pandemi, ekonomi biru merupakan salah satu sektor yang perlu lebih digali dan dikembangkan sehingga dapat betul-betul bermanfaat bagi rakyat Indonesia. Swedia adalah natural partner bagi Indonesia untuk mencapai kemajuan dalam bidang ekonomi biru," jelas Dubes Kamapradipta.

Hal tersebut dibenarkan oleh Marina Berg, menurutnya banyak perusahaan Swedia yang tertarik untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia, dengan cara yang inklusif dan berkelanjutan. "Kedua negara sama-sama negara kepulauan, karenanya pemanfaatan sumber daya laut dengan cara yang berkelanjutan sangat krusial untuk pertumbuhan ekonomi keduanya. Kedua negara juga sudah memiliki sejumlah kerja sama dalam isu blue economy, misalnya dengan berbagi pengalaman dan isu-isu kebijakan, serta tergabung dalam forum lingkungan internasional," jelasnya.

Sementara itu Arsjad Rasjid, menyebutkan bahwa di samping strategi ekonomi yang ada, Indonesia perlu memiliki strategi-strategi baru untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca-Pandemi Covid-19, di antaranya strategi tentang blue economy. "Kadin bahkan telah memiliki working group terkait blue economy untuk membahas dan mendesain posisi Kadin dalam mendukung pengembangan blue economy pemerintah," ungkapnya.

Pada diskusi yang diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga pelaku industri dan instansi pemerintah tersebut, Suharso Monoarfa menutup sambutannya dengan mengutip Deklarasi Juanda, "Deklarasi Juanda yang menjadi salah satu tonggak penting sejarah kemaritiman kita menyiratkan, bahwa membangun bangsa dan perekonomian harus berbasis pada potensi dan kedaulatan negara kepulauan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement