Rabu 18 Aug 2021 22:56 WIB

DSPB Mampu Turunkan Insiden Pasien Cabut Gigi Bungsu

Penelitian ini penting dilakukan karena tingginya resiko insiden keselamatan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
DSPB Mampu Turunkan Insiden Pasien Cabut Gigi Bungsu (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
DSPB Mampu Turunkan Insiden Pasien Cabut Gigi Bungsu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Keselamatan pasien jadi isu global setelah The Institute of Medicine (IOM) melaporkan setiap tahun 44.000–98.000 orang meninggal akibat kesalahan medik di AS. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

"Dalam dunia kedokteran umum, salah satu usaha untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan mengimplementasi beberapa intervensi secara bersamaan (bundle)," kata drg Pipiet Okti Kusumastiwi saat ujian terbuka Program Doktor FKKMK UGM, Rabu (18/8).

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini turut melakukan penelitian terkait implementasi Dental Safety Procedure Bundle (DSPB). Penelitian dilakukan di RSGM UGM dan RSGM UMY Yogyakarta untuk menilai efektivitas implementasi DSPB.

Terutama, dalam menurunkan insiden keselamatan pasien bagi odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi atau cabut gigi geraham bungsu. Ia menilai, penelitian ini penting dilakukan karena tingginya resiko insiden keselamatan.

Khususnya, yang disebabkan karena prosedur bedah mulut yang cukup kompleks. Dari penelitian Anzai dkk (2020) disebutkan bedah mulut merupakan salah satu bidang spesialisasi ilmu kedokteran gigi dengan insiden keselamatan pasien tertinggi.

Selain itu, Pipiet memaparkan penelitian sebelumnya oleh Heryono dkk (2012). Yang mana, diketahui jika komplikasi usai odontektomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian di luar negeri yaitu 38,60 persen.

Dari penelitian, diketahui implementasi Dental Safety Procedure Bundle terbukti mampu menurunkan insiden keselamatan pasien odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi di RSGM selama odontektomi. Serta, hari ketiga usai pencabutan.

Penurunan itu secara klinis juga terdapat pada hari ketujuh pasca pencabutan. Lalu, pada tahap pra-implementasi, hasil observasi dan wawancara menunjukkan prosedur keselamatan pasien di kedua rumah sakit itu telah dilaksanakan.

"Kendati begitu, kepatuhan dan pemahaman tenaga kesehatan tentang keselamatan pasien masih perlu ditingkatkan," ujar Pipiet.

Ia menambahkan, pemilihan penyakit sistemik untuk clinical reminder sebaiknya berdasarkan Modified NPSA Risk Matrix Score. Prioritas penyakit sistemik yang perlu dipertimbangkan yaitu clinical reminder diabetes mellitus dan hipertensi.

Temuan lain menunjukkan implementasi DSPB di RSGM alami beberapa hambatan pada awal implementasi. Namun, dukungan rumah sakit berupa fasilitas, pembuatan SOP dan monitoring yang baik, DSPB dapat berjalan dengan baik dan lancar.

"Untuk meningkatkan keselamatan pasien, dalam implementasi DSPB seyogyanya ke depan juga dilengkapi dengan clinical reminder dan mengombinasikan surgical safety checklist dalam rekam medis elektronik," kata Pipiet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement