REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap, Jawa Tengah, menghentikan sementara penyaluran bantuan air bersih, meskipun musim kemarau masih berlangsung. Hal itu karena belum ada permintaan dari masyarakat.
"Kebetulan dalam satu pekan terakhir ini, tidak ada permohonan bantuan air bersih, mungkin karena persediaan air bersih masyarakat masih mencukupi kebutuhan, sehingga untuk kami tidak melakukan panyaluran bantuan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wijonardi di Cilacap, Jumat (20/8).
Dia mengatakan, berdasarkan data hingga 10 Agustus 2021, pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 57 tangki untuk 4.207 keluarga (14.358 jiwa). Penyaluran tersebar di 15 desa dari delapan kecamatan se-Kabupaten Cilacap.
"Setelah Tanggal 10 Agustus hingga saat ini, kami belum menyalurkan bantuan air bersih karena memang tidak ada permohonan yang masuk. Kalau ada permohonan bantuan air bersih, tentu kami akan menyalurkannya kembali," kata Wijonardi.
Dia mengakui, jika dalam beberapa waktu terakhir, hujan kembali mengguyur wilayah Cilacap, meskipun dengan intensitas ringan hingga sedang. Wijonardi menduga, kondisi tersebut berdampak terhadap ketersediaan air bersih di masyarakat, terutama yang sempat terdampak kekeringan.
Dia mengatakan, petugas terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi permasalahan krisis air bersih yang sering melanda sejumlah wilayah Cilacap saat musim kemarau. Berdasarkan data BPBD, wilayah rawan kekeringan di Kabupaten Cilacap mencapai 73 desa yang tersebar di 19 kecamatan.
"Kebetulan saya baru ditugaskan di BPBD. Saya akan mencoba cari solusi, salah satunya dengan mencarikan mata air terdekat untuk disalurkan ke tandon-tandon air," kata Wijonardi.
Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo memperkirakan, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, meskipun wilayah itu telah memasuki musim kemarau.
"Potensi curah hujan masih ada. Untuk puncak kemarau diprakirakan masih di Bulan Agustus, belum ada update," katanya di Cilacap, Kamis (19/8). Dia mengatakan, berdasarkan data per 19 Agustus 2021, masih terjadi anomali suhu permukaan laut yang berkisar 1-3 derajat Celcius di Samudra Hindia selatan Jawa.