REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sebanyak 12 pondok pesantren di Kabupaten Purbalingga mendapat bantuan beras dari Perum Bulog. Bantuan beras tersebut, diserahkan secara simbolis oleh Bupati Dyah Hayuning Pratiwi pendopo Setda setempat, Jumat (20/8).
''Bantuan beras yang disalurkan pada 12 pondok pesantren ini bukan beras biasa. Tapi beras beras fortivit yang sudah mengandung vitamin,'' kata Bupati Tiwi, Jumat.
Untuk itu, atas nama Pemkab dan warga Purbalingga, Bupati Tiwi menyampaikan terima kasih atas bantuan yang diberikan Perum Bulog. ''Pada masa pandemi, kehidupan sosial dan ekonomi pesantren di Purbalingga, juga terdampak. Bantuan ini pasti akan sangat bermanfaat bagi pesantren berikut para santrinya,'' katanya.
Direktur Human Capital Perum Bulog Purnomo Sinar Hadi, menyebutkan bantuan beras yang disalurkan pada 12 pondok pesantren ini, merupakan pelaksanaan dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) yang dilaksanakan Perum Bulog. ''Penyaluran bantuan beras di Kabupaten Purbalingga ini, merupakan bantuan yang diserahkan untuk kabupaten ke-23,'' jelasnya.
Dia menyebutkan, beras yang disalurkan di masing-masing kabupaten berupa beras fortivit. Sedangkan masing-masing kabupaten, mendapat bantuan sebanyak 5 ton. ''Ini merupakan implementasi dari program Bulog Peduli di masa pandemi,'' jelasnya.
Menurutnya, jenis beras yang disalurkan memang merupakan beras fortivit. Produk beras dihasilkan melalui proses fortifikasi sehingga memiliki kandungan zat besi, asam folat, vitamin A, B1, B3, B6, B12 dan zinc. ''Kandungan vitamin dalam beras ini mampu untuk meningkatkan stamina dan imunitas tubuh,'' jelasnya.
Menurutnya, bantuan beras Fortivit sebenarnya diperuntukkan bagi daerah-daerah dengan angka kasus stunting yang tinggi. Pada kondisi 5 tahun silam, Kabupaten Purbalingga juga termasuk wilayah yang memiliki angka stunting cukup tinggi mencapai 23 persen.
Kepala Dinkes Purbalingga Hanung Wikantono menjelaskan, berdasarkan data sampai dengan 15 Juni 2021, jumlah bayi stunting di Kabupaten Purbalingga sudah turun di angka 14,57 persen. Dari jumlah itu, bayi kategori pendek ada sebanyak 5.074 kasus atau 11,37 persen, sedangkan bayi sangat pendek ada sebanyak 1.426 kasus atau 3,2 persen.
Beberapa wilayah kerja Puskesmas yang cukup banyak balita stuntingnya, antara lain Puskesmas Kutasari sebanyak 720 kasus, Karangmoncol 669 kasus, Kejobong 607 kasus, Karanganyar 464 kasus dan Puskesmas Serayu Larangan sebanyak 420 kasus.