REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Insukindro menyarankan pemerintah untuk memberikan stimulus penguatan bagi UMKM sebagai mengantisipasi dampak dari isu pengetatan moneter atau tapering off bank sentral Amerika Serikat, The Fed. "Dengan memperkuat UMKM itu akan menolong perekonomian kita jika tapering off benar-benar dilakukan bank sentral AS," kata Insukindro saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu(25/8).
Insukindro mengatakan pengetatan moneter oleh The Fed akan berdampak pada pengurangan pasokan dolar AS di pasar internasional sehingga memicu penguatan mata uang itu dan nilai tukar rupiah atas dolar akan melemah. Dengan demikian, kebijakan pengetatan itu akan berdampak pada berbagai sektor perekonomian di tanah air, utamanya aktivitas ekonomi yang memiliki ketergantungan kuat pada bahan baku impor.
Sebab itu, menurut Insukindro, stimulus perlu diperkuat untuk UMKM sebagai salah satu sektor ekonomi yang tidak banyak membutuhkan bahan baku impor. "Otomatis kalau dia bisa menggunakan substitusi impor atau barang-barang lokal, itu bisa menyelamatkan perekonomian kita. Jadi ekonomi kita akan tertolong dari UMKM," kata dia.
Selain meningkatkan produktivitas UMKM, menurut dia, pemerintah juga perlu mendorong pemanfaatan bahan baku alternatif untuk menggantikan barang-barang impor. "Mudah-mudahan bisa ditutup dengan barang dari dalam negeri, meskipun ini sulit karena tekstil saja kita masih impor, sampai tempe juga kedelainya impor," ujar dia.
Seperti diketahui, bank sentral AS atau The Fed membuka peluang melakukan tapering off atau pengurangan stimulus berupa pembelian surat berharga di pasar surat utang jika pemulihan ekonomi negara itu terus menunjukkan kemajuan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan The Fed akan melakukan tapering off pada awal 2022 dan mulai meningkatkan suku bunga pada awal 2023.