REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Munculnya kendala akses jaringan internet dalam proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) tak menyurutkan semangat warga Desa Reksosari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, untuk mencari solusi.
Mereka pun semakin gigih dalam menyiasati problem tersebut. Terutama demi mendukung kelancaran proses belajar ratusan murid/siswa yang ada di lingkungan desa mereka, di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Kini akses internet di wilayah desa tersebut semakin mudah, setelah pemerintah desa setempat mengupayakan jaringan internet mandiri yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Reksi Mandiri.
“Sejak pandemi Covid-19, sekolah meniadakan pembelajaran tatap muka (PTM) dan anak-anak kami harus melaksanakan PJJ. Masalahnya, tidak semua wilayah Desa Reksosari memiliki akses sinyal seluler yang bagus,” ungkap Kepala Desa (Kades) Reksosari, Agus Muhajir Tontowi, Kamis (26/8).
Sehingga, jelasnya, banyak orangtua maupun siswa yang mengeluhkan proses PJJ yang dilaksanakan secara daring pun tidak bisa diikuti dengan optimal. Berawal dari problem tersebut, Pemdes Reksosari bertekad membuat terobosan dengan memasang jaringan internet mandiri.
Dari musyawarah desa, akhirnya terungkap selain harus menjamin ketersediaan sinyal internet guna mendukung PJJ, biaya tagihan juga harus terjangkau. Hingga akhirnya muncul gagasan membuat jaringan internet secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami akhirnya membangun jaringan internet secara diberi nama ‘Reksonet’ melalui BUMDes Rekso Mandiri yang pengelolaannya dilakukan secara swadaya, sejak tiga bulan yang lalu,” ungkapnya.
Ikhtiar ini pun mendapat sambutan dari masyarakat yang ada di desanya, karena proses PJJ putra-putri mereka sangat terbantu. Walhasil, jumlah pelanggan (warga) yang awalnya hanya belasan sekarang sudah mencapai ratusan.
Setiap bulan, pelanggan hanya dibebani biaya maksimal Rp 100 ribu dengan fasilitas kecepatan akses internet mencalai lebih 10 Mbps. Dengan kondisi tersebut, BUMDes juga mampu mendapatkan pemasukan mencapai Rp 12 juta per bulan.
Ke depan, jaringan ‘Reksonet’ juga bakal terus dikembangkan dengan menjangkau desa lain di sekitarnya. Sebab sekalipun PTM sudah bisa dilakukan di sekolah, kelak jaringan internet ini tetap akan bermanfaat, guna menunjang aktivitas warga lainnya.
Sementara ini memang masih melayani kebutuhan belajar daring, kemudian pembayaran PBB, juga pajak kendaraan bermotor. “Nantinya, fasilitas internet ini juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya,” tegas Agus Muhajir.
Direktur BUMDes Rekso Mandiri, Wafikoh Tuti Tisnasari menambahkan, kemudahan mendapatkan akses internet dengan kualitas yang bagus mampu menarik minat warga di desanya.
Pasalnya, penyedia layanan internet BUMN maupun swasta tidak bisa menjangkau wilayah pedalaman terutama yang berdekatan dengan dataran tinggi. Seperti di wilayah Desa Reksosari tersebut.
Ia juga mengungkapkan, guna mendukung keandalan jaringan Reksonet, BUMDes meminjamkan alat penguat sinyal kepada pelanggan, kemudian para pelanggan tinggal membayar tagihan bulanan.
“Sebenarnya mekanismenya tidak jauh berbeda dengan layanan internet BUMN, yang membedakan harga penggunaannya, Reksonet ini jauh lebih murah bagi kemampuan warga desa,” jelas dia.