Kamis 26 Aug 2021 17:36 WIB

Buka Destinasi dan Mulai PTM, Sultan: Berisiko Besar

Vaksinasi menjadi syarat utama.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Buka Destinasi dan Mulai PTM, Sultan: Berisiko Besar (ilustrasi).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Buka Destinasi dan Mulai PTM, Sultan: Berisiko Besar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menegaskan masih belum akan membuka destinasi wisata maupun memulai pembelajaran tatap muka (PTM). Hal ini dikarenakan angka terkonfirmasi positif Covid-19 harian di DIY masih fluktuatif.

"Berisiko besar," kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (26/8).

Sultan menyebut, pihaknya tidak tergesa-gesa dalam memutuskan untuk membuka destinasi wisata dan memulai PTM. Untuk membuka destinasi wisata dan memulai PTM ini, katanya, vaksinasi menjadi syarat utama.

Setidaknya, vaksinasi sudah mencapai 80 persen untuk membuka destinasi wisata dan memulai PTM. Dengan sudah tercapainya cakupan vaksinasi sebesar 80 persen, diharapkan tidak memunculkan klaster baru penularan Covid-19 saat destinasi wisata dibuka maupun saat PTM dimulai.

"80 persen (harus divaksin) walaupun sebagian besar masih vaksin dosis pertama, tapi setidaknya vaksin dosis pertama sudah tumbuh imunitas," ujar Sultan.

Menurut Sultan, DIY akan kembali kesulitan jika kasus positif Covid-19 naik di atas seribu kasus bahkan di atas dua ribu kasus per hari seperti di bulan Juni, Juli hingga pertengahan Agustus. Pasalnya, saat kasus naik, masalah lainnya juga muncul seperti krisis oksigen, penuhnya tempat tidur pelayanan Covid-19 di rumah sakit hingga meningkatnya kematian Covid-19.

"Nanti kalau naik lagi, kita sulit. Jangan sampai terjadi seperti begitu diberi kebebasan sedikit akhirnya lockdown (karena kasus melonjak)," jelasnya.

Untuk itu, ia meminta masyarakat untuk tetap sabar saat adanya pembatasan-pembatasan di masa PPKM level 4 ini. Diharapkan, penambahan kasus terkonfirmasi positif di DIY turun dengan tetap menjalankan protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas.

"Lebih baik kita sabar, tidak tergesa-gesa tapi implikasinya masyarakat memang punya keterbatasan. Tapi prihatin sebentar daripada kebebasan yang (menyebabkan harus) lockdown, (akhirnya) totally loss," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement