REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Konflik di Afghanistan terkait keberhasilan kelompok Taliban merebut kekuasaan dari Presiden Ashraf Ghani tengah menjadi pembicaraan dunia. Menanggapi peristiwa tersebut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Ahmad Mustofa Bisri atau karib dipanggil Gus Mus menyampaikan wejangannya kepada masyarakat.
Ia meminta kepada seluruh umat untuk senantiasa bijaksana dan jernih dalam memandang suatu permasalahan. Ini penting agar umat tidak mudah terpengaruh dan terjerumus kepada hal-hal yang malah membawa kemudaratan bagi umat dan bangsa.
"Kalau saya berpesan kepada siapa pun itu yang merasa ingin berjuang untuk agama, terutama yang beragama Islam, misalnya jika ingin berkhutbah, maka ngaji dan belajarlah lagi supaya jangan gampang ikut-ikutan terpengaruh dengan apa yang terjadi di sana (Afghanistan)," ujar KH Ahmad Mustofa Bisri di Rembang, Kamis (26/8).
Gus Mus mengajak agar semua pihak bisa melihat masalah itu secara jernih. Seperti persoalan di Afghanistan, harus dilihat dengan dari banyak sudut agar bisa memahami persoalan politik di sana. Ia menilai peristiwa yang terjadi di sana, Indonesia ita tidak mendapatkan apa-apa, kecuali dari efek perpecahan di sini.
"Jadi kita mestinya mendahulukan persoalan kita sendiri di sini. Lha persoalan yang tejadi di kita itu karena itu tadi, kita itu malas untuk terus belajar," kata Gus Mus.
Menurutnya tidaklah bijaksana jika seseorang menelan mentah-mentah informasi dan narasi hanya dari satu sumber saja, tetapi harus paham betul bagaimana persoalan dan konflik yang terjadi di Afghanistan. Ia meyakini kalau seseorang bersikap gegabah tersebut tentunya tidak akan membawa manfaat apa-apa selain konflik dan perpecahan terhadap bangsa.
"Masyarakat kita ini sudah berkali-kali kecele (tidak mendapatkan apa yang diharapkan). Ini karena apa ? Ya karena mereka ini tidak memakai landasan ilmu. Semuanya itu dalam memahami suatu masalah tentu sangat membutuhkan ilmu. Kalau tanpa ilmu, kita akhirnya ikut-ikutan," ujarnya.
Gus Mus juga memberikan contoh lain seperti yang terjadi di Palestina, di mana masyarakat bangsa ini juga asal ikut saja sesuatu yang didengarnya dari satu sumber, tetapi tidak mendengar dari sumber yang lain.
"Akhirnya mengikuti satu sumber tersebut yang belum tentu benar keberadaan berita tersebut. Nah kalau yang awalnya ikut-ikutan, lalu kemudian diikuti lagi, tentunya kacaunya juga makin tidak karu-karuan," ujar Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.
Oleh karena itu Gus Mus meminta kepada mereka yang mengaku sebagai tokoh agama yang selama ini ucapannya sudah didengarkan oleh orang banyak terutama, orang yang ucapannya dalam posisi sudah didengarkan, untuk lebih berhati-hati lagi dalam menyampaikan sesuatu.
"Kalau kurang ilmunya maka ya harus belajar lagi. Jangan kemudian dia sudah ditinggalkan orang banyak, lalu kemudian menarasikan sesuatu yang tidak benar," tutur Gus Mus.