Kamis 26 Aug 2021 23:20 WIB

Masker Sudah Jadi Limbah Rumah Tangga

Masker jadi limbah medis paling banyak selama pandemi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Masker Sudah Jadi Limbah Rumah Tangga (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Masker Sudah Jadi Limbah Rumah Tangga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Posisi masker yang awalnya merupakan limbah medis kini karena pandemi covid berkembang menjadi limbah rumah tangga. Data dari Kementerian LHK pada 9 Februari menunjukkan kenaikan sekitar 30 persen dengan 7.500 ton limbah medis.

Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, Dr Rina Afiani Rebia mengatakan, masker jadi limbah medis paling banyak selama pandemi. Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi provinsi penyumbang limbah medis terbanyak.

Kuantitas limbah tidak diimbangi dengan penanganan sesuai standar. Banyak limbah medis dibuang ke tempat pembuangan biasa lalu bercampur dengan sampah lainnya. Padahal, penanganan limbah medis sembarangan dapat berdampak penyebaran penyakit.

"Akhirnya, penularan covid tidak hanya melalui droplet, namun bisa melalui limbah medis yang tidak dikelola baik," kata Rina dalam webinar Prodi Rekayasa FTI UII, Kamis (26/8).

Terlebih, masker bedah diketahui dapat mempertahankan virus hingga tujuh hari dan virus yang menempel ke masker N95 bertahan stabilitasnya hingga 21 hari. LIPI saat ini menawarkan teknologi mendaur ulang limbah masker sekali pakai jadi geotekstil.

Dosen FTI UII lain, Febrianti Nurul Hidayah menerangkan, geotekstil adalah lembaran sintetik yang berpori, sehingga memiliki sifat tembus air dan fleksibel. Geotekstil terbagi jadi dua jenis yaitu geotextile woven dan geotextile non-woven.

"Fungsi geotekstil woven bisa jadi bahan penguat tanah untuk mencegah terjadinya penurunan tanah dasar. Inovasi itu diharap dapat mengurangi timbunan sampah yang berbahaya bagi masyarakat dan dapat menghasilkan nilai jual yang menguntungkan," ujar Febrianti. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement