Jumat 27 Aug 2021 13:03 WIB

Limbah Sarung Tangan Lateks Bisa Jadi Bahan Bakar Diesel

Penggunaan sarung tangan lateks untuk melindungi tangan dari kontaminasi virus.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Limbah Sarung Tangan Lateks Bisa Jadi Bahan Bakar Diesel (ilustrasi).
Foto: Republika
Limbah Sarung Tangan Lateks Bisa Jadi Bahan Bakar Diesel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Sarung tangan lateks merupakan salah satu alat pelindung diri yang biasa digunakan saat bekerja di laboratorium. Namun, sejak pandemi sarung tangan lateks tidak hanya digunakan di lab, namun digunakan tenaga medis dan masyarakat umum.

Penggunaan sarung tangan lateks untuk melindungi tangan dari kontaminasi virus. Namun, tanpa disadari, keberadaan limbah sarung tangan lateks saat pandemi ini datangkan dampak sangat besar ke banyak sisi kehidupan, salah satunya lingkungan.

Walau sangat dibutuhkan selama pandemi, sarung tangan lateks juga menjadi masalah baru bagi lingkungan. Atas persoalan itu, Tim Program Kreativitas Mahasiswa- Riset Eksakta FMIPA UGM mengolah limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar diesel.

Ada Mandrea Nora, Aditya Yuan Pramudyansyah, Rangga Indra Riwansyah dan Nanda Tasqia Amaranti didampingi Dosen Kimia FMIPA UGM Mokhammad Fajar Pradipta. Nora mengatakan, polimer polistirena jadi komposisi kimia utama sarung tangan ini.

"Poliisoprena ini bila dipirolisis nantinya akan menghasilkan senyawa hidrokarbon berupa limonene. Limonene merupakan senyawa hidrokarbon dengan fraksi C10 yang berpotensi tinggi diterapkan sebagai bahan bakar diesel," kata Nora, Kamis (26/8).

Proses pengolahan limbah sarung tangan lateks menjadi bahan bakar ini dilakukan dengan metode pirolisis. Pirolisis sarung tangan lateks dilakukan dalam suhu 350 derajat celcius selama tiga jam, sehingga nanti didapatkan minyak hasil pirolisis.

"Selanjutnya, minyak hasil pirolisis dilakukan pemurnian melalui proses hydrocracking, sehingga didapatkan bahan bakar diesel," ujar Nora.

Untuk memastikan apakah bahan bakar yang dihasilkan tergolong dalam fraksi bahan bakar diesel, mereka melakukan identifikasi senyawa dengan metode kromatografi gas - spektroskopi gas. Lalu, menguji fisikokimia kepada bahan bakar yang dihasilkan.

"Hasil pengujian dibandingkan hasil uji bahan bakar diesel yang ada dipasaran," kata Nora. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement