REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agency for Quality Assurance by Accreditation of Study (AQAS) baru-baru ini menggelar visitasi akreditasi internasional di Pascasarjana UNJ. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 23 Agustus 2021 hingga November 2021. AQAS merupakan lembaga independen yang berbasis di Jerman untuk penjaminan kualitas suatu program studi.
Terdapat tujuh Indikator yang akan dinilai dalam asesmen akreditasi internasional AQAS, meliputi kualitas kurikulum; penjaminan mutu; pembelajaran, pengajaran dan penilaian siswa; penerimaan mahasiswa, perkembangan studi, rekognisi dan sertifikasi; staf pengajar; sumber pembelajaran dan dukungan mahasiswa; serta informasi publik.
Salah satu panitia akreditasi AQAS Pascasarjana UNJ, Faisal Madani, mengatakan pelaksanaan visitasi akreditasi internasional berlangsung secara daring dan dibagi beberapa tahap dan pembagian perklaster. "Akreditasi Internasional AQAS Pada Pascasarjana UNJ dilatarbelakangi semangat untuk mencapai visi UNJ yang menjadi universitas bereputasi di Asia dan sebagai salah satu indikator kinerja utama (IKU) yang ditetapkan oleh kemendikbudristek, khususnya IKU 8 di mana program studi akreditasi internasional sebagai ukuran pemeringkatan PTN," kata Faisal dalam siaran pers, Sabtu (28/8)
Pada visitasi akreditasi AQAS ada delapan orang yang menjadi asesor pada klaster 1, yaitu: Prof. Dr. Ingrid Gogolin dari Universität Hamburg, Faculty of Education; Prof. Maria Celeste T. Gonzalez dari Ateneo de Manila University, Philippines; Dr. Pramono, S.Pd. M.Or dari Universitas Negeri Malang; Prof. Dr. Volker Schubert dari Universität Hildesheim, Faculty of Educational and Social Sciences; Sebastian Horndasch dari Hochschulforum Digitalisierung, Berlin (labour market representative); Laura Ritter, Master Student dari Universität Köln (student representative); Dr. Dorothee Groeger dari AQAS; Ayda Alizadeh dari AQAS.
Sementara itu, Direktur Pascasarjana UNJ Prof Dedi Purwana mengatakan UNJ telah berkomitmen untuk menjadi universitas terkemuka di Asia. Dalam mengejar visinya, UNJ telah membangun kerja sama internasional dengan universitas luar negeri di banyak negara seperti Afrika, Asia, Australia, Selandia Baru, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Utara.
"Hal ini bertujuan untuk menempatkan UNJ sebagai mitra setara internasional," ujar Prof Dedi.
Prof Dedi melanjutkan, UNJ selalu ingin belajar dan benchmark dengan mitra internasional. Oleh karena posisinya sebagai unit penunjang akademik UNJ, program Pascasarjana harus mendukung universitas untuk mewujudkan visi dan misinya.
"Ya, itu tidak mudah, tetapi tergantung dari cara pandang kita. Jika kita berpikir sulit untuk mencapai visi yang ambisius, maka kita tidak akan memiliki apa-apa. Namun, jika kita menganggap visi ambisius sebagai sarana untuk membawa kesuksesan organisasi, akan mudah bagi kita untuk mengejar visi kita. Kuncinya adalah bagaimana menyatukan semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan visi kami. Ini sebuah tantangan," ungkap Prof Dedi.
Sementara itu Sementara itu menurut Wakil Direktur II Pascasarjana UNJ, Prof Japar, akreditasi internasional yang ingin dicapai Pascasarjana merupakan wujud nyata perjuangan Pascasarjana dalam berkontribusi bagi tercapainya UNJ Unggul dan bereputasi. "Bila semua pemangku kepentingan Pascasarjana dapat bekerja secara kolaboratif dan sinergis insya Allah upaya ini dapat dicapai," ungkap Prof Japar.
Sementara itu Rektor UNJ, Prof Komarudin, mengungkapkan harapannya atas hasil yang nanti diperoleh dalam akreditasi AQAS ini. Semoga hasil akreditasi AQAS ini nantinya sesuai harapan bersama, dan UNJ melakukan akreditasi internasional untuk beberapa tujuan. Pertama, dalam rangka memenuhi capaian IKU, terutama IKU 8 yang mensyaratkan akreditasi internasional program studi. Kedua, untuk meningkatkan penyelenggaraan akademik dan budaya akademik sesuai standar internasional. Ketiga dalam rangka mewujudkan visi menjadi universitas bereputasi di kawasan Asia.
"Setelah UNJ mendapatkan Akreditasi Unggul dari BAN PT, maka kami mengharapkan keunggulan itu menjelma pada praktik nyata dalam berbagai bidang dan dimensi, baik tatakelola, kinerja, produktivitas karya, dan prestasi yang unggul, baik nasional maupun internasional," ujar Prof Komarudin.