Rabu 01 Sep 2021 13:40 WIB

Gubernur: Murid Mulai Terbiasa dengan Prosedur PTM Terbatas

Beberapa sekolah melakukan inovasi menyiasati terbatasnya waktu belajar di sekolah.

Rep: S Bowo Pribadi / Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo di sela aktivitas bersepeda memantau pelaksanaan prokes pada pelaksanaan PTM terbatas di SMPN 13 Semarang.
Foto: Dok Humas Prov. Jateng
Gubernur Jawa tengah, Ganjar Pranowo di sela aktivitas bersepeda memantau pelaksanaan prokes pada pelaksanaan PTM terbatas di SMPN 13 Semarang.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sekolah di wilayah Kota Semarang mulai membiasakan diri dengan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Beberapa sekolah di antaranya bahkan telah melakukan inovasi dan terobosan dalam menyiasati terbatasnya waktu belajar di lingkungan sekolah tersebut.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tambak Aji 04, Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan misalnya, sudah melakukan inovasi dengan model pembelajaran hybrid yang memungkinkan murid, baik yang mengikuti PTM maupun pembelajaran jarak jauh (PJJ), bisa berinteraksi dua arah dengan guru.

“Ini cara-cara yang kreatif dari guru, sehingga murid yang masih harus melakukan PJJ di rumah tetap bisa mengikuti pembelajaran,” ungkap Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat mengecek pelaksanaan PTM terbatas di sekolah tersebut, Rabu (1/9).   

Orang nomor satu di Provinsi Jawa Tengah ini pun mengapresiasi berbagai upaya serta inovasi yang dilakukan para guru dan sekolah yang berani melakukan inovasi dengan model pembelajaran hybrid tersebut.

Di setiap kelas, katanya, telah dipasang dua kamera. Masing- masing di bagian belakang ruang kelas serta dari sisi depan ruang kelas, yang diaktifkan semuanya pada saat proses PTM terbatas di laksanakan.

Dengan adanya kamera itu, murid yang belajar di rumah juga bisa mengikuti dan berinteraksi langsung dengan guru atau teman-temannya di kelas dengan memanfaatkan layanan komunikasi video, google meet.

“Gurunya kreatif, metode ini bisa mendekatkan mereka yang di rumah dan di sekolah. Ketika mereka bergiliran (masuk) lama-lama akan muncul kebiasaan bahwa sekolah di rumah dan di sekolahan yang hybrid itu akan menjadi sesuatu yang biasa,” tegasnya.

Tak mau ketinggalan, gubernur juga menyempatkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan  sejumlah murid yang sedang mengikuti PJJ dari rumah. “Ternyata mereka mengaku, tidak menghadapi kesulitan. Saya kira ini ide yang bagus dan bisa dikembangkan,” tambahnya.

Terpisah, Kepala SDN Tambakaji 04, Sutriyono menambahkan, untuk hari ini siswa yang mengikuti PTM terbatas di sekolah terdiri atas siswa kelas 5 dan 6. Tiap tingkat dibagi dalam empat kelas dengan jadwal masuk sekolah sesuai urutan ganjil-genap.

Menurutnya, total jumlah siswa kelas 5 dan 6 di sekolahnya mencapai 160 murid dan yang mengikuti PTM terbatas di sekolah hanya separuhnya atau 80 murid. Dari 80 murid tersebut dibagi menjadi empat kelas.

“Kami juga pakai metode blended learning (hybrid). Sehingga memungkinkan siswa yang di kelas belajar langsung tatap muka dengan guru, sedangkan yang mengikuti PJJ dari rumah tetap dapat mengikuti secara daring,” ucapnya.

Sutriyono menambahkan, untuk mengatur agar tidak terjadi kerumunan saat masuk ke lingkungan sekolah, para siswa per kelas mendapat jadwal masing-masing. Selanjutnya, mereka akan mengikuti pembelajaran maksimal dua jam.

“Kami mengharuskan semua murid berangkat dan pulang dengan diantar dan dijemput oleh orang tua masing- masing. Baik untuk yang mengendarai kendaraan maupun yang masih harus berjalan kaki,” lanjutnya.

Gubernur menambahkan, pada hari ketiga pelaksanaan PTM terbatas ini kembali mengecek di sejumlah sekolah dasar yang ada di wilayah Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Mijen, di tengah rutinitas olahraga bersepedanya.

Secara umum, para murid dan orang tua sudah mulai terbiasa dengan model kelas bergiliran dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Sejumlah sekolah yang disambangi gubernur antara lain adalah SDN Kedungpane 02, Kecamatan Mijen.

Di SDN Kedungpane 02, gubernur juga melihat penerapan prokes maupun SOP pencegahan telah berjalan dengan baik di lingkungan sekolah. Mulai dari kesiapan guru yang berjaga di depan gerbang dengan memegang thermo gun, antreaan saat mencuci tangan maupun selama pelaksanaan PTM terbatas di dalam ruang kelas.

Kendati sebagian besar murid berangkat ke sekolah tanpa diantar orang tuanya, mereka bisa dan mulai terbiasa dengan prosedur- prosedur baru yang kini berlaku di lingkungan pendidikan mereka. “Mereka pun melaksanakannya dengan riang gembira, tanpa ada keterpaksaan,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement