Rabu 01 Sep 2021 23:11 WIB

Mahasiswa UGM Buat Eco-Pot Berbahan Kulit Durian

Kulit durian dan rumput gajah menjadi salah satu limbah organik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Mahasiswa UGM Buat Eco-Pot Berbahan Kulit Durian (ilustrasi).
Foto: Wahyu Suryana.
Mahasiswa UGM Buat Eco-Pot Berbahan Kulit Durian (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat pot ramah lingkungan (eco-pot) berbahan serat kulit durian dan rumput gajah. Produk ini dikembangkan sebagai salah satu Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset dan Eksakta (PKM-RE).

Ada Wikan Wicaksono (Teknologi Pertanian), Nabilah Khansa Mafudzah (Teknologi Pertanian), Dika Anggraeni (Teknologi Pertanian), dan Lukman Yulianto (Teknik Kimia). Kulit durian dipilih karena mengandung lignin, selulosa dan pati.

Kemudian, rumput gajah mengandung lignin dan memiliki serat kasar yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Wikan mengatakan, kulit durian dan rumput gajah menjadi salah satu limbah organik yang selama ini kurang dimanfaatkan masyarakat.

"Kami memanfaatkan limbah kulit durian dan rumput gajah yang jumlahnya cukup melimpah. Kandungan serat, lignin dan selulosa yang cukup tinggi dapat digunakan membuat sesuatu yang kuat dan kokoh, yaitu eco-pot," kata Wikan, Rabu (1/9).

Sekitar 10-15 persen bagian tanaman rumput gajah tidak terkonsumsi ternak dan jadi limbah yang akan dibakar hasilkan abu dan dapat menyebabkan polusi. Lalu, kulit durian dapat menyebabkan sampah yang tidak sedap aromanya jika dibiarkan saja.

Melalui PKM, tim ini melakukan penelitian secara intensif untuk menggali manfaat dan komposisi tepat dalam menciptakan pot organik yang kuat. Sehingga, dapat jadi pot persemaian yang mampu diaplikasikan ke tanaman dan mudah terurai dalam tanah.

Wikan menjelaskan, proses pembuatan eco-pot dimulai dengan pengambilan serat pada kulit durian dengan cara diparut. Serat ini kemudian dikeringkan bersamaan dengan rumput gajah yang sudah dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil.

"Setelah dikeringkan 36 jam, serat diambil dan ditimbang bersama tanah liat untuk mendapatkan beberapa sampel yang hendak diuji," ujar Wikan.

Dalam pembuatan eco-pot, berat tiap bahan yang hendak dicampur setiap sampel yang dihasilkan perlu diperhatikan. Perlu dilakukan penghalusan serat kulit durian dan rumput gajah usai pengeringan untuk mendapat sampel konsisten dan terlihat rapi.

"Setelah pembuatan pot, perlu proses pengeringan menggunakan bantuan alat cabinet dryer dan biasanya perlu waktu cukup lama sekitar 48 jam. Hal itu dilakukan agar mendapat sampel pot kering sempurna dan memiliki tingkat kekerasan yang maksimal," kata Dika.

Dari penelitian, diketahui eco-pot serat kulit durian dan rumput gajah memiliki tingkat kekerasan baik. Pengujian menggunakan mesin Universal Testing Machine menunjukkan salah satu sampel pot memiliki daya tekan cukup tinggi sekitar 166.

Selain itu, dilakukan pengujian daya jatuh yang membuktikan kalau eco-pot memiliki ketahanan fisik jika terjatuh dari ketinggian tertentu. Menurut Wikan, eco-pot ini dapat menjadi alternatif pot ramah lingkungan pengganti polybag.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement