Kamis 02 Sep 2021 08:45 WIB

Mahasiswa UGM Raih Penghargaan Riset Disertasi Terbaik

Mahasiswa UGM menyisihkan 130-an proposal.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Universitas Gadjah Mada
Foto: en.wikipedia.org
Universitas Gadjah Mada

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Prodi S3 Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS) UGM, Maksimilianus Jemali, meraih penghargaan penulis proposal disertasi terbaik. Penghargaan itu diraih dari kompetisi nasional penulisan tesis dan disertasi Nusantara Institute.

Dalam kompetisi bertajuk Nusantara Writing Grant, riset disertasi Maksimilianus masuk daftar 10 pemenang proposal disertasi terbaik. Menyisihkan 130-an proposal dari kampus-kampus di Indonesia dan mancanegara yang diumumkan 26 Agustus 2021.

Baca Juga

Maksimilianus tidak menyangka proposal disertasinya mendapat penghargaan terbaik untuk riset disertasi. Risetnya berjudul Hambor sebagai Narasi Kecil dalam Mengelola Konflik dan Situasi Damai di Flores, Manggarai, NTT.

Disertasi itu merupakan riset terkait tradisi yang ada dalam kebudayaan masyarakat di Kabupaten Manggarai untuk menyelesaikan berbagai macam konflik yang terjadi dalam kampung. Baik yang ada di tingkat perorangan, keluarga, maupun konflik antar suku.

"Hambor dalam bahasa Manggarai berarti damai atau harmoni. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan diwariskan secara turun-temurun. Dalam Bahasa Manggarai-nya disebut mbate dise ame, serong dise empo, pede dise ende," kata Lian, Rabu (1/9).

Putra asli Manggarai ini menuturkan, Hambor jadi semacam simpul perdamaian yang menciptakan integrasi keharmonisan. Orang Manggarai melihat semesta ini seperti jaring laba-laba raksasa, setiap jaring harus menjaga harmoni dengan jaring lain.

Kalau satu jaring putus atau diabaikan oleh jaring yang lain, maka akan terjadi disharmoni maupun disintegrasi. Pemahaman ini menjadikan Hambor sebagai tradisi yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam keseharian masyarakat Manggarai.

"Karena diyakini sebagai entitas, tradisi yang mengharmoniskan manusia dengan semesta," ujar pria kelahiran Tuke, Ruteng Manggarai, Flores, 39 tahun lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement