Jumat 03 Sep 2021 12:55 WIB

40 Pengusaha Kuliner Salatiga Ikut Pelatihan Digitalisasi

Tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
40 Pengusaha Kuliner Salatiga Ikut Pelatihan Digitalisasi (Ilustrasi)
40 Pengusaha Kuliner Salatiga Ikut Pelatihan Digitalisasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SALATIGA — Sedikitnya 40 pelaku usaha kuliner yang ada di wilayah Kota Salatiga, Jawa Tengah mengikuti pelatihan ‘Digitalisasi Kuliner’ yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga.

Selain untuk mendorong pemasaran melalui pemanfaatan teknologi digital, pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga tersebut juga diarahkan untuk mendukung program Kota Salatiga sebagai kota kreatif Gastronomi dunia.

Wali Kota Salatiga, Yuliyanto mengungkapkan, Pemkot Salatiga memandang penting digelarnya pelatihan Digitalisasi Kuliner kepada para pelaku usaha di bidang kuliner yang ada di daerahnya tersebut.

Tujuan dari pelatihan ini untuk meningkatkan kapasitas sekaligus kemampuan para pelaku usaha sektor kuliner di Kota Salatiga. “Khususnya dalam memanfaatkan teknologi digital bagi kepentingan pemasaran produknya,” jelas wali kota, Jumat (3/9).

Ia juga mengungkapkan, pelatihan Digitalisasi Kuliner tersebut juga melengkapi program pemkot Salatiga dalam memberdayakan dan mendorong tumbuhnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Pada periode 2011- 2016 Pemkot Salatiga memiliki program pemberdayaan 1000 UMKM yang sebagian di antaranya merupakan UMKM sektor kuliner.

Jumlah tersebut kemudian meningkat menjadi 20 ribu UMKM di periode kedua kepemimpinannya, dengan jumlah UMKM di sektor kuliner mencapai lebih dari 5.000 pelaku usaha yang juga berperan dalam menggerakkan pariwisata di Kota salatiga.

Memasuki era digitalisasi, masih kata Yuliyanto, paradigma pemasaran produk unggulan kuliner juga penting dikembangkan sesuai dengan tuntutan pasar, salah satunya melalui pelatihan Digitalisasi Kuliner ini.

Sebab, digitalisasi kuliner merupakan salah satu indikator dalam upaya meningkatkan daya saing Kota Salatiga sebagai kota kreatif.

Terlebih Kota Salatiga sedang berusaha mencapai predikat Kota Kreatif Gastronomi dunia yang saat ini masih dalam proses penilaian dari Organisasi Dunia di bidang Pendidikan Keilmuan dan Kebudayaan (UNESCO).

Untuk itu, dalam rangka mendorong kemajuan dan daya saing sekaligus peningkatan kapasitas para pelaku UMKM kuliner, Pemkot Salatiga memberikan pelatihan Digitalisasi Kuliner tersebut.   

“Ibaratnya, ‘serangan darat’ dan ‘serangan udara’ harus kita gencarkan, dengan begitu UNESCO melihat aktifitas berbagai komponen gastronomi di Kota Salatiga telah dilakukan secara massif,” tandasnya.

Sementara itu, Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Valentino T Haribowo menambahkan, tujuan dari pelatihan tersebut juga untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi, dan kemampuan para pengelola destinasi dan daya tarik wisata agar dapat memanfaatkan teknologi digital sebagai penunjang.

“Sasarannya peserta mengetahui dan memahami tahapam dasar kepariwisataan serta pemasaran digital, tahapan pengembangan pemasaran digital serta memahami pentingnya fotografi dan Bahasa yang efektif dalam pemasaran,” jelasnya.

Pelatihan tersebut, lanjut Valentino, mendatangkan pengajar dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), akademisi bidang pariwisata dari berbagai perguruan tinggi, dan praktisi yang memiliki kompetensi di pemasaran dgital dan fotografi.

Keterlibatan sejumlah para pakar tersebut tentunya akan berdampak positif bagi pelaku usaha kuliner di Kota Salatiga. “Saya berharap kesempatan berharga ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta,” tambahnya.

Salah seorang peserta pelatihan, Wiwid mengaku baru kali pertama mengikuti pelatihan. Pelaku usaha aneka kripik dari Kelurahan Tegalrejo tersebut tertarik untuk mengikuti pelatihan agar usahanya bisa lebih maju lagi.

Selama ini ia telah melakukan pemasaran dengan memanfaatkan media sosial maupun market place place yang sebelum pandemi telah mencapai omzet usaha Rp 10 juta perbulan.

Sekarang ini hanya mampu menyentuh angka Rp 5 juta perbulan. “Saya ingin mendorong kembali pemasaran yang lebih luas lagi, dengan menimba ilmu dari pelatihan ini,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement