Kamis 09 Sep 2021 19:06 WIB

Pertumbuhan Ekonomi DIY Positif Saat Kemiskinan Meningkat

Saat ini tingkat kemiskinan masih di angka 12,8 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pertumbuhan Ekonomi DIY Positif Saat Kemiskinan Meningkat (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Pertumbuhan Ekonomi DIY Positif Saat Kemiskinan Meningkat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Tingkat kemiskinan dan ketimpangan di DIY meningkat, terutama di masa pandemi Covid-19. Namun, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY, Beny Suharsono mengatakan, justru pertumbuhan perekonomian menunjukkan hal yang positif.

Hal ini dikarenakan sektor pertanian berkembang pesat di masa pandemi. Sehingga, katanya, menyumbang cukup besar peningkatan perekonomian DIY di 2021 ini dibandingkan dengan 2020.

"Sektor jasa yang di perkotaan nyaris berhenti, sementara di pedesaan masih tumbuh sektor pertanian dan penyumbang luar biasa itu, panen masih terus bisa dituai," kata Beny kepada Republika melalui sambungan telepon, Kamis (9/9).

Di Tahun 2021, dilakukan pergeseran anggaran dalam RPJMD dengan fokus pada pemulihan kesehatan. Walaupun begitu, kata Beny, bukan berarti pemulihan perekonomian ditinggalkan dan tercatat di triwulan III 2021 pertumbuhan perekonomian DIY di angka 11,8 persen.

"Perkembangan DIY kan kasusnya (sempat) melonjak tinggi dan kita lakukan pergeseran ke kesehatan, tapi tidak meninggalkan ekonomi yang menjadi dasar pertumbuhan ekonomi," tambahnya.  

Beny menjelaskan, Pemda DIY sendiri telah menargetkan tingkat kemiskinan di angka tujuh persen dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Namun, saat ini tingkat kemiskinan masih di angka 12,8 persen.

"Anomali luar biasa di DIY. Pertumbuhan ekonomi tinggi tapi kemiskinan melonjak 12,8 persen, termasuk ketimpangan makin melebar sedikit," ujarnya.

Beny menyebutkan, sebelum pandemi wilayah selatan DIY yakni Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dengan tingkat kemiskinan dan ketimpangan tertinggi di DIY. Sehingga, dilakukan fokus anggaran pemerintah ke dua kabupaten tersebut.

"Penganggaran harus direalokasikan ke Gunungkidul dan Kulon Progo, kita sama-sama tahu angka kemiskinannya terbesar, dan diikuti Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta," ujar Beny.

Pemfokusan anggaran kedua kabupaten tersebut dilakukan dengan pembangunan wilayah selatan DIY. Seperti pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Namun, di masa pandemi justru penduduk miskin di Kota Yogyakarta meningkat. Hal ini dikarenakan sektor jasa di Kota Yogyakarta otomatis berhenti dan perekonomian disumbang oleh sektor pertanian di wilayah pedesaan.

"Kita ingin wilayah selatan itu yang dulunya tidak pernah tersentuh secara baik, karena pembangunan dari dulu di wilayah utara. Sehingga di pompa di wilayah selatan, ini upaya-upaya konkrit yang ditunjukkan Pemda DIY bersama Kulon Progo, Gunungkidul juga Bantul untuk bisa mengakselerasi mengurangi ketimpangan antar wilayah," jelasnya.

Di masa pandemi ini, katanya, pemberian bantuan kepada masyarakat juga dimaksimalkan guna meningkatkan daya beli masyarakat. Pemberian bantuan kepada masyarakat juga dilakukan dengan menggelontorkan dana keistimewaan melalui kelurahan-kelurahan.

"Kita juga berdayakan UMKM kita, karena bertahannya kita dari pandemi itu karena tumbuh besarnya UMKM. Sehingga kita dorong betul, harapannya UMKM ini ada di kantong-kantong pedesaan yang bisa mengubah langsung stimulus di desa itu," kata Beny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement