REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya menyatakan koperasi sekolah telah mengembalikan uang siswa dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang sudah telanjur membeli seragam sekolah.
"Kami telah melakukan pencocokan data dengan dinas sosial (dinsos). Berapa siswa MBR di sekolah dan berapa yang sudah terlanjur beli di koperasi. Bagi yang sudah beli, uangnya dikembalikan semua," kata Kepala Dispendik Surabaya Supomo.
Menurut Supomo, jumlah uang yang dikembalikan sesuai kuitansi pembelian. Begitu pula barang yang sudah dibeli akan dikembalikan ke koperasi, sehingga istilahnya adalah pembatalan pembelian peralatan sekolah.
Pengembalian biaya pembelian seragam sekolah ini, kata dia, sesuai dengan perintah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat meninjau hari pertama PTM. Saat itu, Eri sudah memerintahkan agar siswa MBR yang terlanjur beli seragam uangnya dikembalikan, karena Pemkot Surabaya akan membelikan seragam itu secara gratis.
Supomo mengatakan pemberian seragam gratis bagi siswa MBR ini akan dilaksanakan pada tahun ini. Syaratnya, MBR tersebut sudah masuk dalam data base Dinsos Surabaya dan ada tenggat waktunya.
Sebab, lanjut dia, data MBR ini dinamis setiap waktu bisa berubah dengan jumlah yang bertambah. Hingga saat ini, total siswa dari kalangan MBR jumlahnya mencapai 112 ribu siswa. Terdiri dari 74 ribu siswa jenjang SD dan 38 ribu siswa jenjang SMP. Mereka tersebar di sekolah negeri dan swasta di Kota Pahlawan.
"Karena ini berkaitan dengan kebijakan anggaran, nanti akan ada tenggat waktunya. Maksudnya, siswa MBR yang mendapat seragram gratis berdasarkan hitungan cut off. Contohnya, yang menerima bantuan seragam siswa MBR yang terdaftar sebelum bulan Agustus. Jika setelah Agustus ada data MBR baru masuk, nanti akan dibicarakan lebih lanjut dan dicarikan solusinya," ujarnya.
Saat ini, kata Supomo, siswa dibebaskan untuk menggunakan seragam apa saja saat PTM. Bisa menggunakan seragam sekolah lama, pakai batik atau baju lainnya. Yang penting bajunya rapi, sopan dan bersepatu.
"Saat saya meninjau PTM di SMPN 15, ada siswa yang masih mengenakan seragam SD. Ada pula yang baju batik. Tidak masalah. Yang penting rapi dan sopan. Dengan begitu bisa membangun semangat anak-anak untuk belajar," katanya.