Sabtu 11 Sep 2021 15:46 WIB

Bioplastik Singkong Solusi Atasi Limbah Popok

Tim berhasil memproduksi bioplastik yang dapat mendegradasi limbah popok.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Universitas Brawijaya memproduksi bioplastik yang dapat mendegradasi limbah popok.
Foto: Dok. Humas UB
Mahasiswa Universitas Brawijaya memproduksi bioplastik yang dapat mendegradasi limbah popok.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Popok sekali pakai termasuk salah satu limbah rumah tangga yang sulit untuk diatasi. Banyaknya popok bekas pakai yang dibuang lalu kebiasaan membungkusnya dengan plastik mengakibatkan panjangnya waktu degradasi menjadi dua kali lipat.

Situasi tersebut mendasari dibuatnya plastik organik yang ramah lingkungan dan cepat terurai. Temuan ini dirancang oleh lima mahasiswa lintas fakultas di Universitas Brawijaya. Yakni, Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi (FMIPA), Arifah Ramadhani Azzah (FMIPA), Alifia Zahra (FTP), Sabrina Sekar Syalsabillah (FPIK), dan Sayyidati Nurmuthi’ah (FP).

Perwakilan tim, Nandagesta Aurelia Shafa Wagmi mengatakan, setidaknya ada 450 miliar limbah popok di tempat pembuangan sampah. Kondisi ini terus bertambah ke tempat pembuangan sampah di seluruh negeri setiap tahunnya.

"Jika ini terus terjadi pada generasi penerus kita, apa yang akan terjadi pada bumi? Inilah saatnya, kita sebagai generasi muda beraksi dan menyelamatkan dunia,” ucap Nandagesta.

Seperti diketahui, pemakaian popok di Indonesia umumnya dilakukan sampai bayi berumur tiga sampai empat tahun. Pemakaian ini biasanya menghabiskan tiga sampai enam popok per hari. Jumlah anak usia nol hingga empat tahun yang mencapai 24 juta dapat mengakibatkan sampah popok bayi menempati urutan ketiga terbesar di TPA.

Di samping itu, kebiasaaan membungkus popok dengan kantong plastik juga memperlambat proses degradasi limbah. Hal ini karena terdapat lapisan polietilen yang sulit diurai. “Dapat dibayangkan kan, betapa panjangnya waktu degradasi popok bayi apabila popok yang sudah terlapisi polietilen masih dibungkus lagi dengan kantong plastik polietilen. Degradasi popok yang terbungkus kantong plastik ini justru dapat menjadi lebih lama dua kali lipat,” jelasnya.

Lamanya proses penguraian ini dikarenakan tidak ditemukannya bakteri yang mampu mendegradasi PE di TPS. Bakteri ini hanya ditemukan pada mealworm. Mealworm telah terbukti mampu mendegradasi PE dan bertahan hidup hanya dari memakan PE.

Menurut Nandagesta, temuan tersebut telah membuka pintu baru untuk memecahkan masalah polusi plastik global. Salah satunya tim berhasil memproduksi bioplastik yang dapat mendegradasi limbah popok. Bioplastik ini dibungkus dengan mengintegrasikan bakteri Endogenous mealworm.

Bioplastik ini terbuat dari limbah singkong yang diintegrasikan dengan bakteri endogenous mealworm.

Bakteri ini diketahui mampu mendegradasi PE sehingga limbah popok yang terbungkus di dalam bioplastik dapat terdegradasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan menggunakan bioplastik ini, popok yang seharusnya baru dapat terdegradasi selama 250 hingga 500 tahun menjadi hanya dua bulan.

Nandagesta berharap temuannya dapat menjadi edukasi bagi masyarakat terhadap solusi limbah plastik terutama popok bayi. Program penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaku yang bergerak di bidang plastik untuk dapat meningkatkan nilai jual dengan menggunakan teknologi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement