REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengakui masih ada sejumlah guru yang tidak taat protokol kesehatan saat mengajar siswa di kelas selama pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
"Hampir setiap hari sebelum saya ke balai kota pasti saya mampir ke sekolah-sekolah dulu, datang mendadak dan tanpa pemberitahuan, benar-benar ingin cek guru pakai masker atau tidak, siswa dibatasi atau tidak, terutama PAUD (pendidikan anak usia dini)," kata Gibran.
Ia mengatakan dari hasil sidaknya tersebut, ada beberapa sekolah yang sudah menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Meski demikian, beberapa yang lain didapati gurunya melepas masker saat memberikan materi pelajaran kepada siswa di kelas.
"Beberapa hari yang lalu ada tiga guru yang tanpa masker dan satu murid. Itu terjadi di salah satu SMP, ketika guru tidak pakai masker kan otomatis mempengaruhi murid jadi ikut tidak pakai masker," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya sudah menegur secara langsung. Teguran juga diberikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta. "Saya tidak suka yang seperti itu, itu tidak benar. Kalau masih mengulangi, ya tidak usah PTM. Itu tergantung gurunya, bukan tergantung saya," katanya.
Meski masih ada beberapa pelanggaran pada pelaksanaan PTM, pihaknya tetap mendukung percepatan PTM terbatas. "Yang jelas yang namanya PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau PTM itu sama saja, mau PJJ sekalipun kalau anak niat belajar pasti ilmu juga terserap seperti saat tatap muka, tetapi kalau saya sangat mendukung PTM," katanya.
Sebelumnya, pada kunjungannya ke Solo, Senin (13/9), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Makarim menyatakan gerak cepat PTM terbatas untuk mengantisipasi dampak negatif permanen yang bisa menyerang anak-anak.
"Dampaknya kalau tidak bergerak cepat (PTM), maka (pelajar) akan kehilangan loss of learning yang bisa permanen. Kedua, adalah kesehatan mental dan psikis yang juga bisa permanen di anak-anak kita," katanya.