REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bisnis rental kamera, IFrame sudah sembilan tahun berkiprah hingga September 2021 ini. Rental kebaikan menjadi sebuah misi yang terus diperjuangkan di tengah lika-liku dunia bisnis.
Direktur Utama IFrame, Muhammad Zulfi Ifani mengatakan, banyak pengalaman berharga yang didapatkan dalam membesarkan IFrame hingga terbentuknya beberapa cabang di Pulau Jawa saat ini. Tidak hanya pengalaman baik, nanum pengalaman buruk dan kegagalan berkali-kali pun dilalui.
IFrame sendiri sudah berdiri sejak April 2013 lalu. Baru sebulan membuka usaha saat itu, Ifani sudah kehilangan sekitar 70 persen asetnya karena dibawa lari oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Namun, kejadian tersebut tidak membuatnya patah semangat dan menghentikan bisnis yang baru saja ia bangun. Kejadian tersebut membuat dirinya semakin semangat untuk meningkatkan bisnis rental kamera dengan misi rental kebaikan.
"Modal Rp 50 juta dan hilang Rp 33 juta, sempat lemas dan akhirnya saya harus bertahan. Kalau saya berhenti, saya kalah dengan orang jahat, artinya saya tidak punya iman. Kita recover dan Allah menggantinya puluhan bahkan ratusan kali lipat," kata Ifani dalam malam puncak rangkaian milad IFrame ke-9 yang digelar secara virtual, Jumat (17/9).
Salah satu penulis buku 'Juragan Dilarang Baperan' ini juga berharap bisnis rental kebaikan ini dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat luas. Pihaknya berencana untuk terus membuka cabang bahkan di luar Pulau Jawa dan bercita-cita untuk merambah dunia perfilman.
"Kita punya impian jadi rental terbesar, tapi kita belajar lagi tiap impian bukan menjadi terbaik, tapi bagaimana membesarkan kemanfaatan kita, menambah cabang, menambah karyawan, menambah produk, menambah kemanfaatan," ujar Ifani.
Pada masa pandemi saat ini, tentu bisnis rental kamera miliknya juga terdampak. Istri ifani yang juga merupakan penulis buku 'Juragan Dilarang Baperan' yakni Kitik Intarti mengatakan, pihaknya bahkan sempat khawatir tidak dapat menggaji karyawan karena tidak adanya pemasukan selama pandemi.
Pada awal pandemi, bahkan, IFrame hanya memiliki tabungan untuk menggaji karyawan selama tiga bulan. Sementara, pemasukan per harinya bisa dibilang nihil. Pihaknya pun sempat menutup cabang sementara agar tidak menambah biaya operasional. Selain itu, beberapa aset yang ada juga sempat dijual untuk dapat menggaji karyawan.
"Tiap hari cuma berada di depan laptop, tidak kerja (karena tidak ada permintaan layanan), cuma nonton Youtube, belajar apapun termasuk coaching. Benar-benar down, sangat takut kalau kita tidak bisa menggaji," kata Kitik.
Namun, hal tersebut justru kembali membuat IFrame bangkit dengan inovasi-inovasinya. Berawal dari bisnis rental kamera, IFrame merambah ke bisnis yang menawarkan layanan live streaming.
Pasalnya, selama pandemi bisnis ini meningkat tajam. "Dapat jasa streaming, kita tidak merumahkan pegawai tapi membuka lapangan pekerjaan. Itu beberapa peristiwa yang benar-benar IFrame itu bisa bangkit," ujar Kitik.
Melihat lika-liku IFrame bertahan hingga saat ini, CEO Funtastic Consulting, Auf, juga memberi pesan kepada anak muda yang ingin terjun ke dunia bisnis. Menurut Auf, uang tidak menjadi tujuan yang diprioritaskan dalam berbisnis.
Namun, dalam berbisnis harus difokuskan pada memberi manfaat kepada orang lain. Jika hal ini ditanamkan dalam dunia bisnis, katanya, maka akan membuat bisnis yang dibangun terus bertahan dan bahkan meningkat.
"Fokus bagaimana kita bisa kasih impact, layani lebih banyak orang. Sehingga, Insya Allah uang itu akan mengikuti, jangan dikejar dunianya. Dunia itu seperti bayang-bayang, kalau dikejar dia akan lari, tapi kalau kita balik badan dia akan mengikuti," katanya yang akrab disapa Mas Auf tersebut.
Melalui rental kebaikan, Auf menyebut, IFrame fokus pada nilai dan kemanfaatannya terhadap orang banyak. Tidak hanya menawarkan jasa, namun, IFrame dinilai membantu orang lain yang tidak memiliki uang untuk membeli kamera dan bahkan membantu orang lain yang hanya membutuhkan kamera untuk tujuan tertentu.
"Banyak orang visinya itu menjadi kaya, tapi ketika sudah kaya terus (bingung) ngapain lagi. Mas Fani (Dirut IFrame) melihat ada gairah yang dia tidak hanya memperkaya diri sendiri, ada semangat ketika Mas Fani mau berbagi," ujar Auf.