Kamis 23 Sep 2021 20:28 WIB

Kontes Robot Indonesia Berlangsung Daring

Ada ketidaksamaan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Robot-robot karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang akan bertanding pada ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) 2021 pada 24-30 September mendatang.
Foto: Humas UMS
Robot-robot karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang akan bertanding pada ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) 2021 pada 24-30 September mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Sebanyak 278 tim robot dari 107 perguruan tinggi di Indonesia akan berlomba dalam Kontes Robot Indonesia (KRI). Ajang tahunan ini digelar Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Kompetisi dilaksanakan secara daring mulai 22 September-1 Oktober 2021 dengan UGM sebagai tuan rumah, dan dimulai tingkat wilayah. KRI Wilayah sendiri dikelompokkan dalam dua bagian yakni KRI Wilayah I dan KRI Wilayah II.

Dalam KRI Wilayah I diikuti 140 tim mahasiswa dari 54 perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan, KRI Wilayah II diikuti 138 tim mahasiswa dari 53 perguruan tinggi yang ada di wilayah Indonesia bagian timur.

Koordinator Pokja Dikti Puspresnas, Rizal Alfian mengatakan, KRI bertujuan jadi wadah minat, ide dan kreativitas bidang teknologi robotika mahasiswa. Nantinya, ia berharap, mahasiswa tidak cuma bersemangat mengembangkan robot untuk kontes.

Namun, memiliki semangat juang dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat. Ia berpendapat, dari KRI ini akan pula menunjukkan kalau Indonesia memang memiliki segudang talenta di bidang robotika.

"Harapannya, hasilnya bisa digiring ke industri, sehingga memberikan manfaat dan menawarkan solusi persoalan di masyarakat melalui robot dan teknologi," kata Rizal, Kamis (23/9).

Rizal turut menyampaikan terima kasihnya kepada seluruh perguruan tinggi yang telah berpartisipasi dalam KRI 2021. Bahkan, dalam situasi pandemi covid masih bisa memfasilitasi mahasiswa mengembangkan minat di bidang robot dan teknologi.

Salah satu dewan juri KRI, Prof Benyamin Kusumoputro menuturkan, ini jadi tahun kedua KRI dilaksanakan secara daring. Ia menilai, ada dua tantangan utama yang harus dihadapi dalam pelaksanaan secara daring, yaitu faierness dan fairplay.

Fairness berarti semua tim memiliki kemampuan teknologi dan infrastruktur yang sama, sedangkan fairplay berarti tim yang berkontes bisa bermain dengan jujur. Benjamin merasa, menggelar kompetisi daring secara fairness terbilang sulit.

Sebab, ada ketidaksamaan infrastruktur di setiap wilayah Indonesia. Misalnya, terkait persoalan jaringan seperti terjadi delay di Pulau Jawa yang biasanya berlangsung 3-5 detik, tapi di luar Pulau Jawa terjadi lebih dari 10 detik.

Apalagi, pelaksanaan yang real time membuat perbedaan delay itu jadi persoalan. Soal kerusakan jaringan karena kabel laut putus, Benjamin menegaskan, akan ada perubahan penilaian mengambil rata-rata nilai dari beberapa kali pertandingan.

"Penjurian kita ubah karena takutnya saat tim bermain dapat giliran putus koneksi, sehingga diambil beberapa kali pertandingan dan diambil rata-rata," ujar Benjamin.

Pelaksanaan model ini mengharuskan peserta bertanding dari universitas masing-masing yang ditayangkan secara daring melalui video conference. Tapi, juri dan panitia terpusat secara luring di GSP UGM dengan menerapkan protokol kesehatan.

Setelah KRI tingkat wilayah, tim-tim terbaik melaju ke KRI tingkat nasional yang akan berlangsung pada 12-17 Oktober 2021 mendatang. Sedangkan, juara pertama KRI 2021 akan mewakili Indonesia dalam ABU Robocon 2021 di Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement