REPUBLIKA.CO.ID,GRESIK -- Kabupaten Gresik, Jawa Timur, tepatnya di Desa Sidoraharjo akan menyiapkan komoditas kunyit dan empon-empon (bahan rempah) untuk diekspor pada Oktober 2021, karena memiliki potensi penghasil kunyit terbanyak di wilayah setempat.
Kepala Desa Sidoraharjo, Suwoto mengakui, hasil pertanian kunyit yang merupakan ikon desa merupakan komoditi potensial di desa setempat dan sangat melimpah hasilnya, yakni ada sekitar 15 hektare lahan kunyit dengan kapasitas sekitar 2.700 ton/tahun.
"Dengan adanya ekspor itu, bisa meningkatkan perekonomian warga desa," kata Suwoto, kepada wartawan di Gresik, Rabu (29/9).
Kasi Promosi Perdagangan Luar Negeri, Dinas Koperasi dan Perindustrian serta Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Gresik, Sunik mengatakan dorongan ekspor sudah menjadi bagian upaya Pemkab Gresik untuk membantu dan membina UMKM kunyit.
"Ekspor bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan, bahkan sekarang bisa mudah untuk dilakukan karena kemudahan perizinan yang jauh lebih cepat dari tahun - tahun sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Klinik Ekspor Bea Cukai Kabupaten Gresik, Eko Rudi mengatakan, pihaknya siap memfasilitasi UMKM mulai ekspor kunyit tersebut. Fasilitas yang diberikan meliputi perizinan, pembuatan katalog produk, mencarikan pembeli, serta memfasilitasi komunikasi dan zoom meeting dengan pihak buyer.
"Saat ini rata-rata 90 persen buyer berasal dari India dan sisanya wilayah Eropa," kata Eko, menjelaskan.
Sebelumnya, direncanakan pada Oktober 2021 wilayah Kecamatan Kedamean khususnya Desa Sidoraharjo akan melakukan ekspor kunyit secara mandiri serta dibantu kelola oleh BUMDes.
Ekspor itu diharapkan bisa mengangkat ekonomi warga desa yang mayoritas petani kunyit, dN untuk saat ini nilai jualnya jauh dari yang diharapkan yang berkisar atara Rp800-Rp1000 /kg kunyit basah.