REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Musim kemarau berkepanjangan menjadikan beberapa daerah di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur mengalami kekeringan kritis. Kekeringan kritis di antaranya melanda Desa Banjarbangi, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi. Kades Banjarbanggi, Muhtarom mengaku, sepanjang musim kemarau warganya kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Baik untuk kebutuhan minum, apalagi mandi.
"Selain sumur dan sumber yang mengering, air Bengawan saat kemarau begini sangat keruh dan tidak bisa dikonsumsi," kata Muhtarom dalam keterangan tertulis, Kamis (30/9).
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Budi Santosa mengungkapkan, khusus di Ngawi, kekeringan tahun ini melanda 44 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Di antaranya Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Bringin, Kasreman, Padas, dan Karangjati.
Budi melanjutkan, secara umum, di Jatim ada sekitar 23 kabupaten/kota yang dilanda kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Dari 23 kabupaten/kota tersebut, ada 232 kecamatan dan 699 desa atau kelurahan yang mengalami kering kritis. Yakni, kondisi kekeringan yang jarak lokasi rumah warga dengan sumber air lebih dari tiga kilometer.
Budi melanjutkan, dari 23 kabupaten/kota tersebut, daerah terbanyak yang mengalami kekeringan berada di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 115 desa. Kemudian disusul Kabupaten Sampang 78 desa, dan Bangkalan 69 desa. Untuk penanganan kekeringan tersebut, 7 kabupaten telah mengajukan bantuan air bersih ke Pemprov Jatim. Yakni, Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Ngawi, Pacitan, Mojokerto, dan Pasuruan.
Budi mengaku, pihaknya terus melakukan dropping air bersih ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan kritis tersebut. Seperti yang dilakukan hari ini, Rabu (29/9) BPBD Jatim melakukan pengiripan air bersih ke Kabupaten Ngawi.
"Sebanyak dua tangki air bersih atau sekitar 12 ribu liter dibagikan secara gratis kepada warga," ujarnya.
Budi mengatakan, selain upaya droping air bersih, pihaknya juga akan melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber mata air yang kering dan hilang. Terhadap sumber-sumber air tersebut, pihaknya akan melakukan gerakan reboisasi, penanaman pohon, dan penghijauan bersama sejumlah relawan dan elemen masyarakat.
"Kasus seperti ini pernah terjadi di Nganjuk. Sumber airnya sempat hilang, tapi setelah dilakukan reboisasi dan penghijauan, akhirnya sumbernya muncul lagi," kata dia.