Sabtu 02 Oct 2021 08:47 WIB

'Generasi Muda Mesti Pahami Makna Hari Kesaktian Pancasila'

Generasi milenial juga harus ditanamkan nilai-nilai apa saja yang ada di Pancasila.

Pengunjung saat berwisata di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (1/10). Pada Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober sejumlah warga mengunjungi Monumen Pancasila Sakti untuk berwisata dan mengenang tujuh pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30S/PKI. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung saat berwisata di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Jumat (1/10). Pada Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober sejumlah warga mengunjungi Monumen Pancasila Sakti untuk berwisata dan mengenang tujuh pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30S/PKI. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh 1 Oktober mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Generasi muda saat ini, terutama milenial dan Generasi Z, mesti terinspirasi dengan perjuangan para pahlawan saat itu.

"Ini yang harus kita tanamkan juga kepada anak-anak sekarang untuk tetap cinta Tanah Air dan selalu mengingat sejarah negara Indonesia. Sekarang kitalah yang meneruskan perjuangan-perjuangan para pahlawan dengan cara kita sendiri," kata Direktur Bela Negara, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Ditjen Pothan Kemhan) RI, Brigjen TNI Jubei Lebianto pada acara “Ngopi Daring Bela Negara yang digelar secara daring di Jakarta, Jumat (1/10),

Ia menambahkan, kalau anak-anak milenial sekarang ini bisa mengerti dan memahami sejarah, maka hal itu sudah menandakan bahwa nilai-nilai bela negara yaitu cinta Tanah Air sudah dipegang dan dipahami betul.

"Dengan perjuangan para pahlawan dahulu, kita sekarang sudah bisa melakukan segala aktivitas dengan baik, dengan menikmati kemerdekaan. Tetapi harus diingat juga bahwa kita tidak cuma untuk menikmati kemerdekaan tetapi kita juga harus mengisi kemerdekaan dengan apa yang kita miliki," ujarnya.

Sejarawan Prof Susanto Zuhdi mengatakan bahwa wujud nyata pembelaan dalam ancaman penjajahan sebenarnya cukup banyak. Tetapi sekarang ini sebagian besar masyarakat berjuang untuk tidak tertinggal oleh Iptek yang tidak kasat mata. Namun persatuan harus tetap dikokohkan kaerna persatuan adalah faktor dari sejarah bangsa sendiri ini juga sebagai dasar Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.

"Semangatnya sama tetapi caranya berbeda. Dan untuk mengajak kaum milenial mengenal sejarah untuk sekarang ini, kita harus memperkenalkan kepada situs bersejarah, kemudian tokoh-tokoh sejarah, hal ini bisa menghidupkan suasana dan meningkatkan pengetahuan sejarah juga," ujar Susanto.

Selain itu generasi milenial juga harus ditanamkan nilai-nilai apa saja yang ada di Pancasila, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. "Memaknai bela negara itu untuk kita tindaklanjuti didalam keseharian, seperti  kita menjaga solidaritas di lingkungan kita, seperti melalui komunitas kita belajar musyawarah, toleransi dan bersatu," ujarnya.

Dalam merespons bentuk bela negara yang di perjuangkan zaman dahulu dibandingkan dengan sekarang ini, Sifra Panggabean, Sifra Panggabean, cucu dari Pahlawan Revolusi Mayjen TNI (Anumerta) DI Panjaitan, mengatakan bahwa perjuangan pahlawan begitu sangat besar untuk bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaaannya. Hal yang bisa dilakukan di masa sekarang adalah menjadi diri sendiri itu lebih baik.

"Jika kita menggunakan jati diri yang lain maka bagaimana bisa kita mencintai diri sendiri, terlebih mencintai negara kita Indonesia ini? Perwujudan bela negara yang saya lakukan contohnya saya memberikan konsultasi hukum secara gratis untuk orang-orang mengetahui seberapa jauh mempunyai haknya. Jika merubah dunia kita tidak mampu, jika merubah negara kita butuh waktu, tetapi merubah diri sendiri pasti bisa," ujar Sifira.

Sementara itu Asri Welas sebagai salah satu keturunan pangeran Diponegoro menyatakan, budaya di Indonesia sendiri penuh dengan sejarah. Ia mencontohkan menggunakan produk dan memperkenalkan batik adalah salah satu bentuk bela negara. Selain itu dengan membeli produk local juga bisa dikatakan sebagai bentuk bela negara. Karena dengan  membeli produk lokal dan  menggunakannya, itu bisa menanamkan cinta tanah air.

"Karena hal ini dilakukan untuk perputaran ekonomi di Indonesia sendiri, tetapi bukan benci dan nggak suka produk luar negeri," ucapnya.

Edyanti Nasution, cucu almarhum Jenderal Besar TNI (Purn) AH Nasution, mengingatkan kepada seluruh masyarakat bangsa ini untuk tidak pernah melupakan sejarah. Menurutnya, selalu merasakan kesusahan orang lain itu sudah diajarkan dari dulu hingga sekarang termasuk melakukan kegiatan social. Dirinya memberikan contoh ketika dulu saat liburan selalu pergi ke panti asuhan untuk menjadi relawan.

"Bela negara yang harus kita lakukan yaitu kita harus bersatu, jangan melakukan provokasi. Yang kedua kita harus berbagi dalam segala hal. Dan yang terakhir harus berprestasi dalam segala sesuatu supaya orang-orang respek kepada kita," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement