REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ekonom Universitas Airlangga (Unair) Wisnu Wibowo menuturkan, dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan neo bank dan fintech, bank konvensional harus mengambil inisiatif untuk memperkuat produk dan layanan digital. Transformasi menuju bank digital diakuinya memang membutuhkan modal besar. Maka dari itu, kata dia, yang perlu dilakukan industri perbankan konvensional adalah melakukan konsolidasi usaha.
“Oleh karena itu perlu bagi bank kecil dan menengah untuk melakukan merger dan akuisisi guna memperkuat struktur modal, sehingga secara agile dapat beradaptasi dengan tantangan dan kebutuhan digitalisasi keuangan,” kata Wisnu di Surabaya, Selasa (5/10).
Chief Regional Economist Bank BNI itu menambahkan, inovasi dalam layanan keuangan menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi bagi keberlangsungan bisnis bank konvensional. Kemampuan memanfaatkan teknologi dalam memberikan layanan keuangan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara cepat dan aman menurutnya perlu dikedepankan karena telah menjadi bagian gaya hidup dari para nasabah.
Selain itu, kata dia, bank konvensional bersama neobank dan fintech juga dapat berkolaborasi untuk membantu revolusi digital keuangan. Yakni dengan menggarap potensi pasar digital bank yang sangat besar melalui kerja sama yang saling menguntungkan.
Wisnu mengingatkan, neobank dan financial technology (fintech) tidak akan dengan serta merta mampu menggantikan bank konvensional seutuhnya. Karena keputusan seseorang untuk mengambil produk finansial juga akan sangat dipengaruhi oleh faktor kepercayaan dan juga keamanan.
“Semakin besar dan semakin dikenal sebuah institusi keuangan akan memengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri tersebut,” ujarnya.