REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto mengungkapkan penyebab cuaca di Jawa Timur terasa lebih panas saat siang hari.
Menurutnya, itu tak lain karena beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Jawa Timur tengah dilanda fenomena alam yang disebut Kulminasi.
"Kulminasi atau Transit atau Istiwa adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi Matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama," kata teguh dikonfirmasi Senin (11/10).
Teguh menjelaskan, pada saat fenomena alam itu terjadi, posisi matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau berada di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan menghilang atau tidak terlihat. Bayangan tersebut menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Maka dari itu, lanjut Teguh, hari kulminasi utama juga dikenal dengan istilah hari tanpa bayangan. Meski demikian, hal tersebut tak berdampak buruk atau fatal bagi masyarakat yang berada di wilayah yang mengalami fenomena tersebut. Teguh menuturkan, pengaruh fenomena kulminasi di Jatim cenderung relatif ringan.
"Akibatnya hanya suhu udara akan terasa relatif semakin panas pada tengah hari. Suhu udara masih akan terasa relatif semakin panas hingga beberapa hari setelah kulminasi. Kelembapan udara juga diprakirakan akan menurun," ujar Teguh.
Kendati demikian, Teguh mengimbau masyarakat untuk tetap siaga hingga waspada bila terjadi cuaca ekstrem sewaktu-waktu. Ia berharap, masyarakat tak termakan berita bohong perihal kondisi cuaca dan fenomena alam selain dari BMKG. Menurutnya, memghindari berita bohong bisa dilakukan dengan melakukan kroscek ke website dan aplikasi resmi dari BMKG.