REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Belasan ruang kelas di wilayah Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dilaporkan mengalami kerusakan akibat terdampak rentetan gempa tektonik, yang berpusat di Ambarawa dan sekitarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Pendidikan Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, kerusakan ruang kelas terjadi di SMPN 3 Ambarawa, SDN Kupang 01, serta SDN Lodoyong 03.
Di SMPN 3 Ambarawa tercatat sebanyak delapan ruang kelas, sedangkan di SDN Kupang 01 dan SDN Lodoyong 03, masing-masing ada tiga ruangan kelas yang rusak akibat dampak gempa bumi pada Sabtu (23/10) lalu.
Delapan ruang kelas yang rusak di SMPN 3 Ambarawa bahkan harus dikosongkan dan sementara tidak digunakan untuk kegiatan pembelajaran tatap muka karena kondisinya dianggap mengkhawatirkan.
Pasalnya, ruang kelas yang rusak tersebut, lima ruangan di antaranya berada di lantai tiga bangunan sekolah dan tiga ruang kelas lainnya yang rusak berada di lantai dua atau di tepat bawahnya.
“Kami tidak berani mengambil risiko karena kerusakan berupa retakan, terjadi pada tulangan penyangga atap serta lantai hingga terjadi retakan pada dinding,” ungkap Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo yang dikonfirmasi di SMPN 3 Ambarawa, Selasa (26/10).
Ia mengaku telah melihat langsung kondisi ruang kelas yang rusak di SMPN 3 Ambarawa. Kelima ruang kelas yang rusak di lantai tiga tersebut meliputi ruang kelas VIII A sampai dengan VIII E.
Sementara ruang kelas yang rusak di lantai dua meliputi ruang kelas VII D, VII E, dan ruang kelas VII F. Di luar ruang kelas, sejumlah ruangan lain yang ada di kompleks SMPN 3 Ambarawa juga mengalami ratak pada bagian dindingnya.
Masing-masing dinding bangunan mushala sekolah yang berada di lantai dua serta ruang perpustakaan sekolah yang berada di lantai satu. Bangunan mushala dan perpustakaan sekolah ini berada pada satu lokal gedung yang sama, namun beda lantai.
Terkait kerusakan dampak gempa tektonik ini, Disdikbudpora meminta kepada pihak sekolah untuk tidak menggunakan delapan bangunan ruang kelas itu, kendati kegiatan PTM masih diikuti 50 persen dari jumlah rombongan belajar (rombel).
Ia telah meminta pihak sekolah untuk mengoptimalkan ruang kelas lain yang lebih aman bagi kegiatan PTM dan tidak menggunakan ruang kelas yang rusak, daripada harus menghadapi risiko yang semakin besar.
Sementara itu siswa kembali harus mengikuti pembelajaran jarak jauh terlebih dahulu, karena sampai dengan Selasa ini masih terjadi gempa susulan meski skalanya tidak sebesar gempa utama.
“Kalaupun nantinya gempa bumi benar-benar tidak ada lagi, kami juga tidak mengizinkan ruangan kelas yang rusak tersebut digunakan untuk PTM, sebagai antisipasi terhadap hal- hal yang tidak diinginkan terjadi pada siswa,” tegasnya.
Adapun untuk ruang kelas SD yang mengalami kerusakan, sementara telah ada solusi dengan menggabungkan siswa (regrouping) dengan sekolah lain yang lokasinya lebih dekat agar proses belajar tidak terhambat.
Terkait kerusakan belasan ruang kelas ini, Sukaton mengaku telah meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang untuk melakukan assesmen guna mengetahui sejauh mana kondisi dan keamanan bangunan ruang kelas yang terdampak tersebut bagi kegiatan belajar di sekolah.
Ia berharap, ada penanganan yang dilakukan untuk memastikan ruang kelas yang rusak ini benar-benar aman untuk kegiatan belajar dan tentunya perbaikan. "Namun sementara kondisinya belum memungkinkan, masing-masing sekolah telah menyiapkan antisipasi agar kegiatan belajar dan layanan pendidikan tetap berjalan,” katanya.
Kepala SMPN 3 Ambarawa, Rochim mengatakan, meski frekuensinya sudah relatif menurun, gempa susulan hari ini masih terjadi. Terkait dengan tindak lanjut pelayanan pendidikan, sekolahnya tetap mengikuti saran kepala Disdikbudpora.
Sejak Sabtu, saat siswa dipulangkan setelah terjadi guncangan gempa yang terasa kuat sampai hari ini tidak ada siswa yang masuk sekolah dan semua sementara mengikuti PJJ. Total ada 615 siswa yang terdiri dari 18 kelas.
Untuk proses belajar selanjutnya, sekolah akan menyiapkan jadwal baru dengan menyesuaikan ketersediaan ruang kelas yang ada. Apakah nantinya satu ruang kelas akan dipakai bergantian sedang disiapkan.
Demikian pula, kepada semua guru juga diminta untuk tetap memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal, meskipun mereka harus berangkat pagi dan pulang sore hari. “Kami berkomitmen, layanan pendidikan siswa harus diutamakan,” kata dia.