REPUBLIKA.CO.ID,KUDUS -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masih kesulitan pengembangan Museum Patiayam agar bisa menampilkan koleksi dengan jumlah lebih banyak, karena lahan yang digunakan masih sewa dan belum memiliki lahan sendiri.
"Sepanjang masih sewa dengan pemerintah desa, tentunya kami belum bisa mengusulkan bantuan melalui dana alokasi khusus (DAK) karena syaratnya harus tanah milik pemkab," kata Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Selasa (26/10).
Jika tanahnya belum milik sendiri atau masih sewa, maka pengembangannya harus menggunakan dana APBD, sedangkan saat ini kemampuan APBD Kabupaten Kudus sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan melakukan pengembangan.
Sementara itu, Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah mengakui program pembelian tanah memang sudah lama direncanakan, bahkan pernah diusulkan penganggarannya. Hanya saja, untuk saat ini belum dilanjutkan karena keterbatasan anggaran.
"Pengadaan tanah tetap menjadi target utama agar bisa mengembangkan Museum Patiayam. Jika lahan sudah milik pemkab, tentunya mudah mengajukan bantuan anggaran baik dari DAK maupun sumber lain, termasuk dari APBD sendiri," ujarnya.
Keberadaan Museum Patiayam yang ada sekarang, menyewa lahan milik pemerintah desa setempat dengan biaya sewa yang setiap dua tahun sering kali mengalami kenaikan.
Luas bangunan museum yang ada sekarang juga kurang representatif karena hanya bisa menampilkan koleksi museum dengan jumlah yang sangat minim, sedangkan koleksi fosil purba yang dimiliki cukup banyak.
Berdasarkan data dari Museum Patiayam, jumlah fosil yang ditemukan di Situs Patiayam mencapai ribuan fosil yang mayoritas merupakan hasil temuan warga. Adapun koleksi fosil yang berhasil ditemukan di kawasan Situs Patiayam, yakni Stegodon Trigonochepalus (gajah purba), Elephas Sp (juga sejenis gajah purba), Ceruss Zwaani dan Cervus Lydekkeri Martin (sejenis rusa), dan Rhinoceros Sondaicus (badak).Ditemukan pula Brachygnatus Dubois (babi), Felis Sp (macan), Bos Bubalus Palaeokarabau (sejenis kerbau), dan Bos Banteng alaeosondaicus, serta Crocodilus sp (buaya) serta kapak genggam atau chopper.